Total Tayangan Halaman

Selasa, 01 Maret 2011

RKAS

PROFIL SEKOLAH

1. Nama Sekolah : SD Negeri 31 BALAI LABUH BAWAH
2. Alamat Sekolah :
a) Jalan : Jln.Balai labuh bawah. Lima Kaum
b) Nagari : Lima Kaum
c) Kecamatan : Lima kaum
d) Kabupaten : Tanah datar
e) Propinsi : Sumatera Barat
f) Kode Pos : 27269
g) Tel/ HP : 081374888508
h)
3. Tahun Operasional : 1982
4. Status Tanah : Hak milik
5. Luas Tanah Yang Tersedia :
6. Jumlah siswa :

KELAS Jumlah Siswa
2008/2009 2009/2010
I 38 53
II 49 36
III 50 50
IV 25 50
V 35 22
VI 31 35
Jumla 228 246
Jumlah Rombel 9 11

7. Tenaga Pendidik dan Kependidikan :
a) Kepala Sekolah : 1 Orang
b) Guru Tetap (PNS) : 8 Orang
c) Guru Tidak Tetap (Honorer) : 1 Orang
d) Petugas Pustaka (Honorer) : 1 Orang
e) Petugas TU : 1 Orang
f) Jaga Sekolah (PNS) : 1 Orang
Jumlah : 13 Orang

Kepala Sekolah


HELNI PAITA, S.Pd
NIP. 19650904 198802 2001

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH DATAR
DINAS PENDIDIKAN
SD NEGERI 31 BALAI LABUH BAWAH

RENCANA KERJA JANGKA MENENGAH

A. Analisis Lingkungan Eksternal:

 Sekolah terletak ditengah nagari
 Masyarakat mendambakan pendidikan berkualitas
 Dukungan Komite cukup tinggi
 Kepedulian Masyarakat cukup tinggi
 Semua lulusan melanjutkan ke SLTP

B. Analisis Lingkungan Internal:

 Motifasi belajar siswa tinggi
 Kemampuan guru menerima pembaharuan masih rendah
 Kemampuan guru dalam penguasaan TI masih rendah
 Pelayanan pembelajaran masih kurang
 Fasilitas Pembelajaran masih kurang
 Koleksi perpustakaan belum lengkap
 Pelayanan administrasi masih lambat
 Manajemen Sekolah Masih belum tertata dengan baik
 Belum semua guru yang berkualifikasi S1

C. Analisis Kondisi sekolah 4 tahun kedepan:

 Pemenuhan Standar Nasional Pendidikan Minimal 90 %
 Membekali siswa dengan pengetahun dan keterampilan kecakapan hidup
 Membekali guru dengan keterampilan memanfaatkan TI
 Melengkapi Sarana TI
 Melaksanakan Pembelajaran dengan sarana TI
 Mengkapi sarana prasarana sekolah sesuai dengan standar Nasional.
 Melaksanakan Penilaian Sesuai dengan Standar Penilaian
 Minimal 80% guru berkualifikasi S1









D. Indentifikasi tantangan nyata 4 tahun kedepan denngan kondisi nyata saat ini.
Analisis tantangan nyata berdasarkan pada aspek pemenuhan standar nasional pendidikan.
No Kondisi Saat ini Kondisi yang diharapkan
(empat tahun ke depan) Tantangan
1 Standar Isi: Kurikulum Standar Isi: Kurikulum
 Sekolah belum memiliki Dokumen KTSP yang sempurna.

 Kurikulum muatan lokal belum tersusun dalam bentuk Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Standar Kompetensi Lulusan.
 Sekolah telah memiliki Dokumen KTSP yang telah sempurna

 Materi Muatan Lokal Telah Tersusun Berdasarkan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Standar Kompetensi Lulusan. 2 Dokumen


1 Naskah
2 Pengembangan Proses Pembelajaran Pengembangan Proses Pembelajaran
 Baru 60% guru yang membuat persiapan pembelajaran.

 Belum ada guru yang mampu membuat bahan ajar berbasis IT.

 Belim ada guru yang mampu menggunakan IT dalam proses pembelajaran.

 Guru belum mampu mencari bahan ajar melalui internet .
 100% guru membuat persiapan pembelajaran.

 Minimal 90% guru mampu membuat bahan ajar berbasis IT.

 Minimal 80% guru mampu memanfaatkan IT dalam proses pembelajaran.

 Minimal 80% guru mampu mencari bahan ajar melalui internet. 80%


90%

80%

80%
3 Standar Kelulusan Standar Kelulusan
 Prestasi akademik lulusan belum memenuhi Standar Nasional Pendidikan (rata-rata KKM 75% dan rata-rata UAS-BN 6,8).

 Prestasi non akademik sekolah belum maksimal.
 Prestasi akademik lulusan sudah memenuhi Standar Nasional Pendidikan (KKM 100% dan UAS-BN 7,5)

 Prestasi non akademik siswa sudah tinggi. KKM 25%




2 kejuaraan
4 Pengembnagan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pengembnagan Pendidik dan Tenaga Kependidikan

 Belum semua Pendidik dan tenaga kependidikan yang berkualifikasi S1.

 Belum semuaguru yang desertifikasi.

 Pendidik dan tenaga kependidikan terdapat 60% memenuhi Standar Nasional Pendidikan.
 Minimal 90% pendidik dan tenaga kependidikan berkualifikasi S1.


 Minmal 90% Guru Sudah disertifikasi.

 Pendidik dan tenaga kependidikan minimal 90% sudah memenuhi standar nasional pendidikan
80%



90%


50%

5 Pengembangan sarana dan prasarana Pengembangan sarana dan prasarana
 Baru 80 % Ruang belajar yang memenuhi Standar Nasional Pendidikan.

 Media pembelajaran belum lengkap.

 Bahan Ajar dan sumber belajar belum lengkap.  Ruang belajar 100% sudah memenuhi Standar Nasional Pendidikan.

 Minimal 90% media pembelajaran Sudah tersedia.

 Minimal 90% bahan ajar dan sumber belajar telah tersedia.

80%



1 ruang


90%


90%
6 Pengembangan Pengelolaan Pengembangan Pengelolaan
 Sekolah belum merumuskan Visi dan Misi.

 Sekolah belum merumuskan Tujuaan Sekolah.

 Sekolah belum memiliki Rencana Kerja Jangka Menengah.

 Sekolah belum memiliki dokumen Pedoman Pengelolaan sekolah.

 Sekolah belum memiliki uraian tugas, wewenang dan tanggung jawab yang jelas tentang keseluruhan penyelenggaraan dan administrasi sekolah.

 Sekolah belum menyusun dan menetapkan petunjuk pelaksanaan operasional mengenai proses penerimaan peserta didik.

 Sekolah belum menyusun program penilaian.  Sekolah sudah memiliki rumusan Visi dan Misi.

 Sudah merumuskan tujuan sekolah.

 Sekolah sudah memiliki Rencana Kerja Jangka Menengah.

 Sekolah sudah memiliki dokumen Pedoman Pengelolaan sekolah.

 Sekolah sudah memiliki uraian tugas, wewenang dan tanggung jawab yang jelas tentang keseluruhan penyelenggaraan dan administrasi sekolah.

 Sekolah sudah menyusun dan menetapkan petunjuk pelaksanaan operasional mengenai proses penerimaan peserta didik.

 Sekolah sudah menyusun program penilaian.

1 Naska


1 Naskah


1 Naskah


1 Naskah


1 Naskah





1 Naskah





1 Naskah
7 Pengembangan Pembiayan Pengembangan Pembiayan
 Pembiayan masih rendah di ( di bawah 5.000,-rupiah per bulan per anak atau sekitar 50%).  Pembiayaan memenuhi standar nasional (di atas 50.000 rupiah perbulan per anak).

8 Penngembangan Penilaian Penngembangan Penilaian
 Guru dan sekolah 70% melaksanakan sistem penilaian sesuai dengan tuntutan kurikulum atau standar nasional pendidikan (rata-rata masih dibawah standar nasional, baik tingkat kesulitan maupun mode-model yang digunakan).  Guru dan sekolah 100% melaksanakan sistem penilaian sesuai dengan tuntutan kurikulum atau standar nasional pendidikan.
E. Visi Sekolah

Menjadikan siswa berakhlak mulia, berprestasi, berwawasan global yang dilandasi nilai-nilai budaya luhur sesuai dengan ajaran agama.

F. Misi Sekolah

1. Menanamkan keyakinan / akidah melalui pengalaman ajaran agama
2. Mengoptimalkan proses pembelajaran dan bimbingan
3. Menyelenggarakan proses pembelajaran dengan Teknologi Imformasi dan Komputer (TIK).
G. Tujuan Sekolah Dalam 4 tahun

1. Dapat mengamalkan ajaran agama hasil proses pembelajaran dan kegiatan pembiasaan
2. Meraih prestasi akademik maupun nonakademik minimal tingkat Kabupaten Tanah datar
3. Menguasai dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai bekal untuk melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi
4. Menjadi sekolah pelopor dan penggerak di lingkungan mesyarakat sekitar
5. Menjadi sekolah yang diminati di masyarakat







PROGRAM JANGKA MENENGAH (4TAHUN)
PERIODE 2009-2012
SD NEGERI 31 Balai Labuh Bawah

Visi :
Menjadikan siswa berakhlak mulia, berprestasi, berwawasan global yang dilandasi nilai-nilai budaya luhur sesuai dengan ajaran agama.
Misi:
1. Menanamkan keyakinan / akidah melalui pengalaman ajaran agama
2. Mengoptimalkan proses pembelajaran dan bimbingan
3. Menyelenggarakan proses pembelajaran dengan Teknologi Imformasi dan Komputer (TIK).

Tujuan : Memenuhi Standar Nasional Pendidikan
NO KOMPONEN KEGIATAN URAIAN KEGIATAN TARGET TAHUN
2009 2010 2011 2012
1 Standar Isi Penyempurnaan dokumen kurikulum • Penyusunan dokumen KTSP(dokumen I dan II) dan disahkan oleh pihak berwenang

• Penetapan beban belajar untuk setiap mata pelajaran.

• Menyusun kurikulum muatan lokal.

• Pengembangan program kecakapan hidup. 2Naskah







1Naskah





1Naskah




1Naskah

V







V
























V


















V
2 Pengembanngan Proses pembelajaran. Peningkatan Kualitas Pembelajaran mulai dari Perencanaan sampai dengan pelaksanaan. • Melaksanakan pelatihan Pemantapan Perencanaan dan Proses Pembelajaran.
• Melaksanakan Pelatihan Penguasaan ICT. 1Kegiatan






1Kegiatan






V
3 Standar Kelulusan Peningkatan Kualitas Lulusan •
• Belajar Tambahan Kelas VI
1 Program
V
V

V

V
4 Pengembnagan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Peningkatan Kualifikasi, kompetensi dan kemampuan profesionalisme pendidik dan tenaga
• Peningkatan kualifikasi Guru

• Peningkatan kemampuan guru dalam pengauasaan TI.
• Peningkatan kemampuan guru dalam menggali sumber dan bahan ajar. 1 Program



1 Program




1 Program V



V



V




V




V




V



V




V
5 Pengembangan Sarana dan Prasarana Pemenuhan Standar Sarana Prasarana.
• Repitalisasi ruang belajar

• Melengkapi sarana dan media pembelajaran.
• Penataan lingkungan sekolah
2 Kegiatan


2 Program




1 Kegiatan






V




V


V


V




V


V


V


6 Pengemba-ngan Pengelolaan Mengefektifkan fungsi-fungsi pengelolaan sekolah untuk memenuhi Standar Nasional. • Merumuskan Visi dan Misi Sekolah

• Merumuskan Tujuan Sekolah

• Penyusunan Rencana Kerja Jangka Menengah.

• Penyusunan dokumen Pedoman Pengelolaan sekolah.

• Penyusunan uraian tugas, wewenang dan tanggung jawab yang jelas tentang keseluruhan penyelenggaraan dan administrasi sekolah.
• Menyusun dan menetapkan petunjuk pelaksanaan operasional mengenai proses penerimaan peserta didik. 1 Naskah




1 Naskah



1 Naskah




1 Naskah





1 Naskah











1 Naskah









V




V



V


























V











V













V
7 Pengembangan pembiayaan Peningkatan Pembiayaan memenuhi standar nasional
8 Pengembangan Penilaian Melaksanakan Sistem Penilaian yang Sesuai dengan tuntutan Kurikulum. • Menyusun program penilaian.
1 Naskah V

RENCANA KERJA TAHUNAN

A. Identifikasi Tantangan Nyata 1 (satu) Tahun (2009)
No Kondisi Saat ini Kondisi yang diharapkan
(empat tahun ke depan) Tantangan
1 Standar Isi: Kurikulum Standar Isi: Kurikulum
 Sekolah belum memiliki Dokumen KTSP yang disahkan oleh Pihak erwenang.
 Sekolah telah memiliki Dokumen KTSP yang telah disahkan oleh pihak yang berwenang.
2 Dokumen


2 Pengembangan Proses Pembelajaran Pengembangan Proses Pembelajaran
 Baru 20% guru yang membuat persiapan pembelajaran

 100% guru membuat persiapan pembelajaran.
80%


3 Standar Kelulusan Standar Kelulusan
 Prestasi akademik lulusan belum memenuhi Standar Nasional Pendidikan (rata-rata KKM 75% dan rata-rata UAS-BN 6,8).
 Prestasi akademik lulusan sudah memenuhi Standar Nasional Pendidikan (KKM 100% dan UAS-BN 7,5)
KKM 25%




4 Pengembnagan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pengembnagan Pendidik dan Tenaga Kependidikan

 Pendidik dan tenaga kependidikan terdapat 40% memenuhi Standar Nasional Pendidikan.
 Pendidik dan tenaga kependidikan minimal 90% sudah memenuhi standar nasional pendidikan
90%

5 Pengembangan sarana dan prasarana Pengembangan sarana dan prasarana
 Baru 80 % Ruang belajar yang memenuhi Standar Nasional Pendidikan.

 Sekolah belum memiliki Ruang Perpustakaan.

 Media pembelajaran belum lengkap.

 Bahan Ajar dan sumber belajar belum lengkap.  Ruang belajar 100% sudah memenuhi Standar Nasional Pendidikan.

 Sekolah Sudah Memiliki Ruang Perpuatkaan.

 Minimal 60% media pembelajaran Sudah tersedia.

 Minimal 75% bahan ajar dan sumber belajar telah tersedia.

100%



1 ruang


60%


75%
6 Pengembangan Pengelolaan Pengembangan Pengelolaan
 Sekolah belum merumuskan Visi dan Misi.

 Sekolah belum merumuskan Tujuaan Sekolah.

 Sekolah belum memiliki Rencana Kerja Jangka Menengah.

 Sekolah belum menyusun program penilaian.  Sekolah sudah memiliki rumusan Visi dan Misi.

 Sudah merumuskan tujuan sekolah.

 Sekolah sudah memiliki Rencana Kerja Jangka Menengah.

 Sekolah sudah menyusun program penilaian. 1 Naskah


1 Naskah


1 Naskah


1 Naskah

7 Pengembangan Pembiayan Pengembangan Pembiayan
 Pembiayan masih rendah di ( di bawah 75.000 rupiah per bulan per anak atau sekitar 50%).  Pembiayaan baru 60% memenuhi standar nasional (di atas 100.000 rupiah perbulan per anak).
10%
8 Penngembangan Penilaian Penngembangan Penilaian
 Guru dan sekolah 70% melaksanakan sistem penilaian sesuai dengan tuntutan kurikulum atau standar nasional pendidikan (rata-rata masih dibawah standar nasional, baik tingkat kesulitan maupun mode-model yang digunakan).  Guru dan sekolah 90% melaksanakan sistem penilaian sesuai dengan tuntutan kurikulum atau standar nasional pendidikan. 20%



B. Sasaran
Sasaran Sekolah untuk tahun 2009/2010
1. Sekolah Menyusun KTSP dokumen I dan dokumen II
2. Sekolah Menngembangkan kemampuan guru dalam meancang pemelajaran
3. Sekolah Meningkatkan mutu lulusan
4. Meningkatkan Kualifikasi guru berijazah S1
5. Refitalisasi Ruang Belajar dan pembangunan Perpustakaan
6. Sekolah Merumuskan Visi, Misi dan Tujuan Sekolah.
7. Sekolah Meningkatkan Pembiayaan Persiswa.
8. Melaksanakan sistem Penilaian yang sesuai denngan tuntutan Kurikulum

C. Identifikasi fungsi-fungsi/ komponen/ urusan sekolah untuk mencapai setiap sasaran
1. Sasaran ke 1: Sekolah Menyusun KTSP dokumen I dan dokumen II
Komponen yang diperlukan untuk melaksanakan sasaran tersebut:
a. Internal
1) Guru
2) Narasumber
3) Kepala Sekolah
4) Dana
5) Komputer

b. Eksternal
1) Komite Sekolah
2) Dinas Pendidikan

2. Sasaran ke 2: Sekolah Menngembangkan kemampuan guru dalam meancang pemelajaran
Komponen yang diperlukan untuk melaksanakan sasaran tersebut:
a. Internal
1) Guru
2) Narasumber
3) Kepala Sekolah
4) Dana

b. Eksternal
1) Komite Sekolah
2) Dinas Pendidikan

3. Sasaran ke 3: Sekolah Meningkatkan mutu lulusan
Komponen yang diperlukan untuk melaksanakan sasaran tersebut:
a. Internal
1) Guru
2) Kepala sekolah
3) Dana
4) Sarana Prasarana

b. Eksternal
1) Dinas Pendidikan
2) Komite Sekolah
3) Orang Tua Siswa

4. Sasaran ke 4 : Meningkatkan Kualifikasi guru berijazah S1
Komponen yang diperlukan untuk melaksanakan sasaran tersebut:
a. Internal
1) Guru
2) Kepala Sekolah
3) Dana
b. Eksternal
1) Dinas Pendidikan
2) Perguruan tinggi

5. Sasaran ke 5: Refitalisasi Ruang Belajar dan pembangunan Perpustakaan
Komponen yang diperlukan untuk melaksanakan sasaran tersebut:
a. Internal
1) Guru
2) Kepala sekolah
3) Dana
b. Eksternal
1) Komite sekolah
2) Dinas Pendidikan

6. Sasaran ke 6: Sekolah Merumuskan Visi, Misi dan Tujuan Sekolah.
Komponen yang diperlukan untuk melaksanakan sasaran tersebut:
a. Internal
1) Dewan Sekolah
2) Dana

7. Sasaran ke 7: Sekolah Meningkatkan Pembiayaan Persiswa.
Komponen yang diperlukan untuk melaksanakan sasaran tersebut:
a. Internal
1) Kepala Sekolah
b. Eksternal
1) Dinas Pendidikan
2) Komite Sekolah
3) Orang Tua Siswa

8. Sasaran ke 8: Melaksanakan sistem Penilaian yang sesuai denngan tuntutan Kurikulum
Komponen yang diperlukan untuk melaksanakan sasaran tersebut:
a. Internal
1) Guru
2) Kepala Sekolag
3) Dana
b. Eksternal
1) Dinas Pendidikan













D. Analisis SWOT
Analisis SWOT untuk Sasaran 1: “Sekolah Menyusun KTSP dokumen I dan dokumen II”
Komponen/Fungsi
Dan Faktornya Kriteria Kesiapan
(Kondisi Ideal) Kondisi Nyata Tngkat
Kesiapan
Faktor
Siap Tidak Siap
(1) (2) (3) (4) (5)
A. INTERNAL
1. Guru



2. Narasumber





3. Kepala Sekolah



4. Dana


5. Komputer



B. EKSTERNAL
1. Komite Sekolah




2. Dinas Pendidikan
 Sebanyak 90% guru mampu mengembangkan kurikulum
 Tersedianya narasumber yang mampu memandu guru dalam menyusun Silabus dan RPP

 Kepala Sekolah Memiliki pemahaman tentang KTSP

 Tersedianya dana pendukung untuk pelaksanaan kegiatan
 Tersedianya komputer yang dapat digunakan guru sebanyak 10 buah


 Komite sekolah punya komitmen tinggi dalam peningkatan mutu, berupa dukungan dana.
 Dinas Pendidikan punya perhatian terhadap pengembangan Kurikulum disekolah
 Baru 20% guru mampu mengembangkan Kurikulum
 Belum ada narasumber yang tersedia untuk memandu guru untuk menyusun Silabus/RPP
 Kepala Sekolah Memiliki pemahaman yang baik tentang KTSP
 Dana pendukung tersedia tapi belum memadai
 Baru tersedia 2 unit komputer yang dapat digunakan guru


 Belum seluruh komite mempunyai komitmen tinggi untuk meningkatkan mutu.

 Perhatian Dinas Pendidikan Masih rendah terhadap pengembangan kurikulum.










V



V







V

V



V












V










V





Analisis SWOT untuk Sasaran 2: “Sekolah Menngembangkan kemampuan guru dalam meancang pemelajaran”
Komponen/Fungsi
Dan Faktornya Kriteria Kesiapan
(Kondisi Ideal) Kondisi Nyata Tngkat
Kesiapan
Faktor
Siap Tidak Siap
(1) (2) (3) (4) (5)
a. Internal
1) Guru






2) Narasumber






3) Kepala Sekolah





4) Dana



b. Eksternal
1) Komite Sekolah




2) Dinas Pendidikan
• 100% guru mampu merancang pemnelajaran.
• 80% mampu merancang pembelajaran dengan berbasis ICT.
• Sekolah memiliki nara sumber yang mampu mengembangkan kemampuan guru dalam merancang pembelajaran.

• Kepala sekolah mempunyai kemampuan membimbing guru dalam merancang pembelajaran
 Tersedianya dana pendukung untuk pelaksanaan kegiatan


 Komite sekolah punya komitmen tinggi dalam peningkatan mutu, berupa dukungan dana.
 Dinas Pendidikan punya perhatian terhadap pengembangan kemampuan guru dalam merancang pembelajaran
• Baru 50% guru mampu merancang pembelajaran.
• Belum ada guru yang mampu merancang pembelajaran yang berbasis ICT
• Sekolah belum mimiliki nara sumber dalam mengembangkan kemampuan guru dalam merancang pembelajaran.
• Kepala Sekolah Mempunyai pemahaman yang baik tentang proses pembelajaran

• Belum tersedianya dana yang memadai untuk pelaksaan kegiatan.

 Belum seluruh komite mempunyai komitmen tinggi untuk meningkatkan mutu.
• Perhatian Dinas Pendidikan Masih rendah terhadap pengembangan Kemampuan guru dalam merancang pembelajaran














V



V


V



V












V




V




V






Analisis SWOT untuk Sasaran 3 : “Sekolah Meningkatkan mutu lulusan”

Komponen/Fungsi
Dan Faktornya Kriteria Kesiapan
(Kondisi Ideal) Kondisi Nyata Tngkat
Kesiapan
Faktor
Siap Tidak Siap
(1) (2) (3) (4) (5)
a. Internal
1) Guru



2) Siswa



3) Kepala sekolah




4) Dana



5) Sarana Prasarana



b. Eksternal
1) Dinas Pendidikan




2) Komite Sekolah





3) Orang Tua Siswa

• Guru melaksanakan Kegiatan pembelajran sesuai dengan Program Yang telah dissusun
• Siswa mememiliki kemauan dan minat yang tinggi untuk mencapai keberhasilan
• Kepala Sekolah memiliki program yang jelas untuk peningkatan mutu lulusan
• Tersedianya dana yang memadai untuk peningkatan mutu

• Tersedianya sarana prasarana untuk menunjang kegiatan peningkatan mutu

• Dinas Pendidikan melaksanakan kebijakan yang tepat untuk peningkatan mutu
• Komite sekolah memiliki pemahaman dan mendukung Program peningkatan mutu

• Adanya dukungan yang maksimal dari orang tua terhadap kegiatan siswa.
• Belum sepenuhnya guru berpedoman pada program, silabus dan RPP
• Kemauan dan minat siswa masih rendah.


• Belum adanya program yang untuk peningkatan mutu lulusan.

• Belum tersedianya dana yang memadai untuk meningkatkan mutu
• Belum lengkapnya sarana prasarana yang menunjang peningkatan mutu.

• Dinas pendidikan sudah merancang kebijakan untuk peningkatan mutu

• Komite sekolah belum memiliki pemahamnan yang memadai untuk peningkatan mutu lulusan
• Masih rendahnya perhatian orang tua terhadap kegiatan siswa.






















V


V



V



V




V



V









V





V




Analisis SWOT untuk Sasaran 4: “Meningkatkan Kualifikasi guru berijazah S1”

Komponen/Fungsi
Dan Faktornya Kriteria Kesiapan
(Kondisi Ideal) Kondisi Nyata Tngkat
Kesiapan
Faktor
Siap Tidak Siap
(1) (2) (3) (4) (5)
a. Internal
1) Guru

2) Kepala Sekolah

3) Dana

b. Eksternal
1) Dinas Pendidikan




2) Perguruan tinggi

• 90% Guru sudah berkualivikasi S1
• Kepala Sekolah Sudah berkualifikasi S1
• Tersedianya dana bagi guru untuk kuliah

• Adaya Program pemerintah untuk peningkatan kualvikasi guru

• Adanya Perguruan tinggi yang dapat memberikan kesempatan pada guru untuk kuliah
• Belum ada guru yang berkualifikasi S1
• Kepala Sekolah Sudah berkualifikasi S1
• Belum tersedianya dana bagi guru untuk kuliah
• Sudah mulai ada program pemerinta untuk peningkatan kualifikasi guru

• Belum banyak perguruan tinggi yang memberikan smpatan kepada guru untuk kuliah


V




V




V


V



V







Analisis SWOT untuk Sasaran 5: “Refitalisasi Ruang Belajar dan pembangunan Perpustakaan ”
Komponen/Fungsi
Dan Faktornya Kriteria Kesiapan
(Kondisi Ideal) Kondisi Nyata Tngkat
Kesiapan
Faktor
Siap Tidak Siap
(1) (2) (3) (4) (5)
a. Internal
1) Kepala sekolah



2) Dana






b. Eksternal
1) Komite sekolah



2) Dinas Pendidikan
• Semua bangunan sudah memenuhi standar nasional

• Tersedianya dana Untuk Rehabilitasi dan pembangunan ruanng belajar dan perpustakaan


• Komite sekolah menyediakan dana untuk melegkapi sarana prasarana
• Dinas pendidikan mengalokasikan dana yang cukup untuk perawatan sarana prasarana

• Baru 20% ruang belajar yang memenuhi standar nasional
• Adanya Dana DAK untuk rehabilitasi ruang belajar




• Komite sekolah menyediakan dana untuk melegkapi sarana prasarana
• Dinas pendidikan mengalokasikan dana yang cukup untuk perawatan sarana prasarana





V











V




V











V




Analisis SWOT untuk Sasaran 6: “Sekolah Merumuskan Visi, Misi dan Tujuan Sekolah”

Komponen/Fungsi
Dan Faktornya Kriteria Kesiapan
(Kondisi Ideal) Kondisi Nyata Tngkat
Kesiapan
Faktor
Siap Tidak Siap
(1) (2) (3) (4) (5)
a. Internal
1) Dewan Sekolah



2) Dana






• Dewan sekolah telah merumuskan Visi, Misi dan Tujuan Sekolah.

• Sekolah telah mengalokasikan dana untuk merumuskan Visi, Misi dan tuajuan sekolah

• Dewan Sekolah belum merumuskan Visi, Misi dan Tujuan Sekolah
• Sekolah melum mengalokasikan dana untuk merumuskan Visi, Misi dan Tujuan sekolah









Analisis SWOT untuk Sasaran 7:” Sekolah Meningkatkan Pembiayaan Persiswa “

Komponen/Fungsi
Dan Faktornya Kriteria Kesiapan
(Kondisi Ideal) Kondisi Nyata Tngkat
Kesiapan
Faktor
Siap Tidak Siap
(1) (2) (3) (4) (5)
a. Internal
1) Kepala Sekolah



b. Eksternal
1) Dinas Pendidikan





2) Orang Tua Siswa

• Sekolah telah menyusun perncanaan pembiayaan per siswa


• Dinas pendidkan telah menyediakan anggaran yang cukup untuk pembiayaan sekolah


• Orang Tua memenuhi kebutuhan individu siswa
• Belum adanya perencanaan pembiayaan per siswa


• Dinas pendidikan belum mampu menyediakan anggaran yang cukup untuk pembiayaan sekolah
• Orang tua belum memenuhi kebutuhan individu siswa


V




V





V


Analisis SWOT untuk Sasaran 8:”Melaksanakan sistem Penilaian yang sesuai dengan tuntutan Kurikulum”
Komponen/Fungsi
Dan Faktornya Kriteria Kesiapan
(Kondisi Ideal) Kondisi Nyata Tngkat
Kesiapan
Faktor
Siap Tidak Siap
(1) (2) (3) (4) (5)
a. Internal
1) Guru






Kepala Sekolah





Dana



b.Eksternal
1) Dinas Pendidikan
• Gurub telah melaksanakan sistem penilaian yang sesuai dengan tuntutan kurikulum

• Telah terssusunnya pedoman penilaian yang sesuai dengan kurikulum


• Telah adanya anggaran untuk melakukan penilaian

• Adanya bimbingan teknis pelaksaaan penilaian
• Guru belum sepenuhnya melaksanakan sistem penilaian yang sesuai dengan tuntutan kurikulum
• Belum terssusunnya pedoman penilaian yang sesuai dengan kurikulum
• Belun andanya memadai untuk melakukan penilaian

• Masih minimnya bimbingan teknis dari dinas tentang penilaian


V






V





V




V






E. Alternatif langkah-langkah pemecahanpersoalan

Sasaran 1: “Sekolah Menyusun KTSP dokumen I dan dokumen II”

Komponen/
Faktor yang
Tidak Siap Persoalan pada
Komponen/Faktor Alternatif Pemecahan Persoalan
a. INTERNAL
1. Guru



2. Narasumber





3. Dana


4. Komputer



B. EKSTERNAL
1. Komite Sekolah




2. Dinas Pendidikan
 Baru 20% guru mampu mengembangkan Kurikulum
 Belum ada narasumber yang tersedia untuk memandu guru untuk menyusun Silabus/RPP
 Dana pendukung tersedia tapi belum memadai
 Baru tersedia 2 unit komputer yang dapat digunakan guru

 Belum seluruh komite mempunyai komitmen tinggi untuk meningkatkan mutu.
• Perhatian Dinas Pendidikan Masih rendah terhadap pengembangan kurikulum.
• Mengadakan Pelatihan Pengembangan dan pemantapan Kurikulum

• Mengirim Guru mengikuti Pelatihan




• Membuat Proposal dan mengajukan kepada Komite dan Stackholders dan pihak lain.
• Mengadakan dengan cara membeli
• Mengajukan bantuan kepada pihak lain
• Memberikan pemahaman kepada komite tentang peningkatan mutu



• Mengajukan program pengembngan kurikulum kepada dinas pendidikan









Sasaran 2: “Sekolah Menngembangkan kemampuan guru dalam meancang pemelajaran”

Komponen/
Faktor yang
Tidak Siap Persoalan pada
Komponen/Faktor Alternatif Pemecahan Persoalan
a. Internal
1. Guru






2. Narasumber






3. Dana



b. Eksternal
1. Komite Sekolah




2. Dinas Pendidikan
• Baru 50% guru mampu merancang pembelajaran.
• Belum ada guru yang mampu merancang pembelajaran yang berbasis ICT
• Sekolah belum mimiliki nara sumber dalam mengembangkan kemampuan guru dalam merancang pembelajaran.
• Belum tersedianya dana yang memadai untuk pelaksaan kegiatan.

 Belum seluruh komite mempunyai komitmen tinggi untuk meningkatkan mutu.
• Perhatian Dinas Pendidikan Masih rendah terhadap pengembangan Kemampuan guru dalam merancang pembelajaran • Mengadakan Pelatihan guru untuk merancang pembelajaran
• Mengirim guru untuk




• mengikuti pelatihan ICT

• Mengirim guru untuk

• mengikuti pelatihan


• Mengalokasikan dana untuk pelatihan guru



• Menyampaikan Program sekolah Kepada Komite sekolah




• Meminta petunjuk teknis dari dinas pendidikan









Sasaran 3 : “Sekolah Meningkatkan mutu lulusan”

Komponen/
Faktor yang
Tidak Siap Persoalan pada
Komponen/Faktor Alternatif Pemecahan Persoalan
a. Internal
1. Guru



2. Siswa



3. Kepala sekolah




4. Dana



5. Sarana Prasarana



b. Eksternal
1. Komite Sekolah




2. Orang Tua Siswa

• Belum sepenuhnya guru berpedoman pada program, silabus dan RPP
• Kemauan dan minat siswa masih rendah.

• Belum adanya program yang untuk peningkatan mutu lulusan.

• Belum tersedianya dana yang memadai untuk meningkatkan mutu
• Belum lenhkapnya sarana prasarana yang menunjang peningkatan mutu.

• Komite sekolah belum memiliki pemahamnan yang memadai untuk peningkatan mutu lulusan
• Masih rendahnya perhatian orang tua terhadap kegiatan siswa.

• Mengajak guru memahami perangkat kurikulum dan menjadikannya pedoman dalam pembelajaran.
• Meningkatkan Minat dan Kemauan siswa dengan bermacam teknik, metoda dan pendekatan pembelajaran.
• Menyusun Progran Untuk Peningkatan mutu lulusan



• Menyediakan Aggaran untuk peningkatan mutu lulusan



• Secara bertahap melengkapi sarana dan prasarana untuk peningkatan mutu


• Melakukan pertemuan secara berkala dengan komite sekolah untuk menjelaskan program sekolah


• Melakukan dialog terbuka dengan orang tua siswa untuk meningkatkan perhatian orang tua terhadap anaknya







Sasaran 4: “Meningkatkan Kualifikasi guru berijazah S1”
Komponen/
Faktor yang
Tidak Siap Persoalan pada
Komponen/Faktor Alternatif Pemecahan Persoalan
a. Internal
1. Guru


2. Dana

c. Eksternal

• Belum ada guru yang berkualifikasi S1
• Belum tersedianya dana bagi guru untuk kuliah

Memberikan kesempatan kepada guru untuk kuliah

Mengusahakan agar guru mendapatkan program kuliah degan dana pemerintah

Analisis SWOT untuk Sasaran 5: “Refitalisasi Ruang Belajar dan pembangunan Perpustakaan ”
Komponen/
Faktor yang
Tidak Siap Persoalan pada
Komponen/Faktor Alternatif Pemecahan Persoalan
Internal
1. Kepala sekolah



2. Dana


• Baru 20% ruang belajar yang memenuhi standar nasional
• Adanya Dana DAK untuk rehabilitasi ruang belajar

• Menyusun program rehabilitasi secara bertahap.


• Mengajukan untuk mendapatkan Program DAK dan Program lainnya



Sasaran 6: “Sekolah Merumuskan Visi, Misi dan Tujuan Sekolah”
Komponen/
Faktor yang
Tidak Siap Persoalan pada
Komponen/Faktor Alternatif Pemecahan Persoalan
Internal
1. Dewan Sekolah




2. Dana


• Dewan Sekolah belum merumuskan Visi, Misi dan Tujuan Sekolah


• Sekolah belum mengalokasikan dana untuk merumuskan Visi, Misi dan Tujuan sekolah
• Membentuk Panitia penyusun KTSP.
• Bekerja sama denga pihak terkait untuk merumuskan KTSP

• Menyediakan dana melalui RAPBS untuk biaya penyusunan KTSP
Sasaran 7:” Sekolah Meningkatkan Pembiayaan Persiswa “
Komponen/
Faktor yang
Tidak Siap Persoalan pada
Komponen/Faktor Alternatif Pemecahan Persoalan
a. Internal
Kepala Sekolah



b. Eksternal
1. Dinas Pendidikan





2. Orang Tua Siswa
• Belum adanya perencanaan pembiayaan per siswa


• Dinas pendidikan belum mampu menyediakan anggaran yang cukup untuk pembiayaan sekolah
• Orang tua belum memenuhi kebutuhan individu siswa • Menyusun rencana biaya persiswa setiap tahunnya.




• Mengajukan anggaran biaya kepada dinas pendidikan





• Memberikan pengertian kepada orang tua siswa untuk memenuhi kebutuhan individu siswa yang menjadi tanggung jawabnya.

Sasaran 8:”Melaksanakan sistem Penilaian yang sesuai dengan tuntutan Kurikulum”
Komponen/
Faktor yang
Tidak Siap Persoalan pada
Komponen/Faktor Alternatif Pemecahan Persoalan
a. Internal
1. Guru





2. Kepala Sekolah


3. Dana

b.Eksternal

Dinas Pendidikan

• Guru belum sepenuhnya melaksanakan sistem penilaian yang sesuai dengan tuntutan kurikulum
• Belum terssusunnya pedoman penilaian yang sesuai dengan kurikulum
• Belun andanya memadai untuk melakukan penilaian

• Masih minimnya bimbingan teknis dari dinas tentang penilaian
Melaksanakan bimbingan teknis oleh kepala sekolah, pengawas dan narasumber kepada guru tentang sistem pinilaian.


Menyusun pedoman penilaian yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku


Menyedaiakan anggaran untuk melakukan penilaian


Meminta bimmbingan teknis darai dinas pendidikan tentang taknik penilaian

F. Penentuan Skala Prioritas





G. Rencana Program dan Kegiatan

PTK

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MERANCANG RPP
DAN MELAKSANAKAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
BAHASA INDONESIA MELALUI PENDEKATAN PAIKEM
DI SDN 31 BALAI LABUAH BAWAH KEC. LIMA KAUM














OLEH:
HELNI PAITA, S.Pd
NIP :19650904 198802 2 001


KEPALA SEKOLAH SDN 31 BALAI LABUH BAWAH
UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PENDIDIKAN
KECAMATAN LIMA KAUM
2010


LEMBARAN PENGESAHAN


Judul : PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MERANCANG RPP DAN MELAKSANAKAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI PENDEKATAN PAIKEM
DI SDN 31 BALAI LABUAH BAWAH KEC.
LIMA KAUM

Nama : Helni Paita, S.Pd

NIP : 19650904 198802 2 001

Tempat Mengajar : SDN 31 Balai labuh Bawah . Kec. Lima Kaum

Alamat sekolah : Jln Balai Labuh Bawah . Lima kaum







Mengetahu Peneliti
Kepala UPT Dinas Pendidikan
Kec. Lima Kaum




BAHRUL BAHAR, S,Sos HELNI PAITA, S.Pd
NIP: 19620125 198103 1 002 NIP: 19650904 198802 2 001













KATA PENGANTAR


Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah S.W.T atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penelitian ini dapat terlaksana sesuai dengan rencana. Penelitian ini diajukan sebagai salah satu bahan dalam pemilihan kepala sekolah berprestasi Tingkat Kabupaten Tanah Datar yang berjudul Peningkatan Kemampuan Guru Dalam Merancang RPP dan Melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar Bahasa Indonesia Melalui PAIKEM.
Dalam penelitian ini penulis dibantu oleh berbagai pihak untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kepala UPT Dinas Pendidikan kecamatan Lima Kaum telah memberikan kesempatan untuk mengadakan penelitian ini.
2. Bapak / Ibu pengawas TK/ SD Kecamatan Lima Kaum telah memberikan dorongan dan
bimbingan kepada penulsi untuk selalu aktif melakukan penelitian.
3. Bapak/Ibu majelis guru SDN 31 Balai Labuh Bawah Kec. Lima Kaum yang telah membantu dalam pelaksanan penelitian ini.
4. Siswa/siswi SDN 31 Balai Labuh Bawah yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian ini.
5. Teristimewa kepada suami dan anak tersayang yang telah memberikan semangat dan dorongan yang kuat dalam melaksanakan tugas keseharian.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kriindikatoran dan saran demi kesempurnaan penelitian ini. Demikianlah pengantar penulis, semoga bermanfaat dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Batusangkar, Mei 2010

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman Judul..............................................................................................i
Lembar Pengesahan……………………………………………………….ii
Abstrak……………………………………….………………………….. iii
Kata Pengantar…………………………………………………………… iv
Daftar isi……………………………........................................................... v

BAB I.
PENDAHULUAN
A. Latar belakang …………………………………………………………1
B. Tujuan Pendirian……………………………………………………… .1
C. Manfaat Penelitian……………………………………………………. .2

BAB II.
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Konseptual…………………………………………………4
1. Pengertian Mengajar dengan Baik ……………………………………4
2. Upaya Membangkitkan Motivasi .......................................…………..4
3. Niat Untuk Melakukan Inovasi…………………………......……….. 6
4. Reformasi Berawal dari Ketidakpuasan………………….……….…. 7
B. Hipotesis Tindakan ……………….………………………………….8

BAB III.PROSEDUR PENELITIAN
1. Prosedur Penelitian ..............................................................................9
2. Pentahapan Penelitian ..........................................................................9
3. Persiapan Penelitian ............................................................................10
4. Instrumen Penelitian …………………………………………………10
5. Pengumpulan Data …………………………………………………...11
6. Analisis Data …………………………………………………………11

BAB IV. HASIL DAN IMPLEMENTASI
A. Deskripsi Hasil Penelitian ...................................................................12
B. Implementasi/ Analisis Pelaksanaan Tindakan ....................................13
1Tindakadakan pada Putaran Pertama ......................................................13
2. Tindakan pada Putaran Kedua ...............................................................22

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ..........................................................................................37
B. Saran .....................................................................................................38


LAMPIRAN- LAMPIRAN
Lampiran 1. Contoh Persiapan Mengajar guru 44
Lampiran 2. Contoh Persiapan Mengajar Awal Penelitian 46
Lampiran 3. Contoh Persiapan Mengajar Akhir Penelitian 54








































BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagai tenaga profesional, selain harus mengetahui hal-hal yang bersifat konseptual dan filosofis, guru harus pula memahami dan mampu melaksanakan hal-hal yang bersifat teknis, seperti merancang dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar guna mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Selanjutnya agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal, tentu harus ada upaya-upaya yang dilakukan. Salah satunya adalah membuat rancangan kegiatan belajar mengajar yang benar-benar melibatkan partisipasi aktif siswa. Sebab dengan terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar, siswa akan mendapatkan pengalaman belajar yang tidak mudah dilupakan.
Sejalan dengan pernyataan di atas, Sardinian (1987) menyatakan bahwa sebagai tenaga profesional dalam bidang pendidikan, guru harus memiliki 2 (dua) kemampuan dasar, yaitu kemampuan mendesain program kegiatan belajar dan kemampuan mengkomunikasikan progiam tersebut kepada anak didiknya. Hal ini penting, mengingat tercapai tidaknya tujuan pembelajaran itu sangat dipengaruhi oleh skenario pembelajaran yang dirancang oleh guru dan partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran itu sendiri. Apabila dalam merancang kegiatan pembelajaran itu guru benar-benar memperhaindikatoran keterlibatan siswa supaya aktif, dan kemudian melaksanakan sesuai dengan yang telah direncanakan, siswa tentu akan mendapatkan kesempatan belajar secara optimal.
Namun hal yang dikemukakan oleh Sardinian berbeda dengan apa yang ditemukan di lapangan terutama di sekolah-sekolah. Masih banyak guru mengalami kesulitan dalam merancang dan melaksanakan pengajaran Bahasa Indonesia, kurangnya pemahaman guru tentang Permen 41 tahun 2001, dan kemampuan guru sangat minim dalam menganalisa serta mengaitkan materi pelajaran dengan pengetahuannya. Berdasarkan hal tersebut penulis merasa tertarik untuk melaksanakan penelitian tentang Kemampuan Guru Dalam Merancang RPP dan Melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar Bahasa Indonesia Melalui PAIKEM.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapatlah dipahami bahwa masih ada guru-guru sekolah dasar yang masih menemui kesulitan atau hambatan dalam merancang dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar Bahasa Indonesia yang bisa memotivasi partisipasi aktif siswa. Dengan demikian masalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :
1. Kesulitan-kesulitan apa yang dihadapi oleh guru SD dalam merancang dan melaksanakan proses belajar mengajar yang dapat memotivasi partisipasi aktif siswa?
2. Bagaimana membantu guru SD agar dapat meningkatkan kemampuan merancang dan melaksanakan kegiatan belajar-mengajar Bahasa Indonesia yang dapat memotivasi partisipasi aktif siswa?
3. Bantuan apa saja yang diperlukan oleh guru SD untuk mengatasi kesulitan yang ada ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mendeskripsikan secara rinci dan detail tentang :
1. kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru SD dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar Bahasa Indonesia yang dapat memotivasi partisipasi aktif siswa.
2. Membantu guru SD dalam merancang dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar Bahasa Indonesia yang dapat memotivasi partisipasi aktif siswa.
3. Mencarikan beberapa alternatif pemecahan masalah yang dapat digunakan oleh guru-guru SD untuk mengatasi kesulitan yang ada.

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh :
1. Guru-guru Sekolah Dasar sebagai masukan untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam merancang dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar Bahasa Indonesia.
2. Kepala SD sebagai informasi tentang konsep rencana pembelajaran yang dapat mempertinggi pencapaian tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar.


































BAB II
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Kerangka Konseptual
1. Pengertian Mengajar dengan Baik
Winkel (1991) menyatakan bahwa yang dimaksud "mengajar dengan baik" adalah mengajar yang mengandung seni. Namun tanpa disertai keahlian dalam merencanakan dan mengelola pengajaran, seni tersebut menjadi kering dan tidak berkembang menjadi seni yang produktif dan kreatif. Ini dapat juga diarindikatoran bahwa mengajar yang tidak disertai kemampuan dalam merencanakan dan mengelola pembelajaran akan menjadi kering, sehingga tidak berkembang dan tidak membuahkan anak didik yang produktif dan kreatif. Akibatnya sudah jelas, yakni siswa tidak akan berminat untuk mengikuti pelajaran tersebut. Oleh karena itu, agar mengajar itu bisa menjadi seni yang bisa "dinikmati'' oleh siswa, tanpa harus diminta atau disuruh guru seharusnya senantiasa berusaha meningkatkan kemampuannya.

2. Upaya Membangkitkan Motivasi Belajar Siswa
L-Good dan Jere E- Brophy (1994:209) mendefinikan motivasi sebagai suatu energi penggerak, pengarah yang memperkuat tingkah laku. Jadi, motivasi merupakan penggerak pada diri seseorang untuk berbuat sesuatu untuk mencapai tujuan. Peran motivasi ini sangat penung, lebih-lebih dalam proses belajar- mengajar. Walaupun kurikulum yang ideal dan cara mengajar yang bagus itu penting sekali, tetapi belum cukup menjamin keberhasilan siswa mencapai tujuan belajar tanpa adanya motivasi. Oleh karena itu motivasi siswa perlu selalu diupayakan. Hamalik (1992: 201) menyebutkan ada beberapa hal yang dapat digunakan untuk membangkitkan motivasi siswa, diantaranya adalah;
1. Menggunakan cara atau metode dan media mengajar yang bervariasi.
2. Memilih bahan yang menarik minat dan dibutuhkan siswa.
3. Memberikan sasaran belajar yang jelas. Setelah pelajaran berakhir siswa harus mencapai target tertentu.
4. Memberi kesempatan kepada siswa untuk sukses, artinya bahan atau soal yang diberikan kepada siswa hendaknya sesuai dengan kemampuannya, sehingga keberhasilan yang dicapai dapat menimbulkan kepuasan dan kemudian akan membangkitkan motivasi
5. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Suasana belajar yang hangat yang berisi rasa persahabatan ,rasa humor, pengakuan akan keberadaan siswa, serta tidak adanya celaan dan cemoohan dapat membangkitkan motivasi belajar siswa.
6. Mengkondisikan persaingan sehat. Persaingan atau kompetisi yang sehat juga akan membangkitkan motivasi belajar siswa,
Upaya seperti ini hendaknya sudah merupakan kebutuhan yang senantiasa dilakukan oleh setiap guru. Akan tetapi, kondisi seperti itu tampaknya belum mentradisi di kalangan guru sekolah dasar. Masih ada guru yang merasa keberatan untuk mengupayakan hal-hal yang mendukung keberhasilan siswanya, apalagi sekolah atau membaca sendiri buku-buku yang berkaitan dengan upaya untuk meningkatkan keterampilan dan keahlian dalam melaksanakan tugasnya. Kemampuan sebagian besar peserta dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar bidang-bidang studi non-eksakta, khususnya bahasa Indonesia, masih memprihatinkan. Padahal mereka ini semuanya adalah guru SD yang sudah berpengalaman mengajar minimal 5 tahun. Untuk memperoleh gambaran yang nyata dari ilustrasi ini penulis lampirkan beberapa contoh Persiapan Mengajar Bahasa Indonesia yang disusun oleh para guru SD Data dalam lampiran tersebut penulis peroleh baik pada persiapan mengajar para peserta PKM maupun pada saat mereka melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas.
Menurut pengamatan penulis, yang memungkinkan hal ini bisa terjadi antara lain adalah : pertama selama ini para guru tersebut hampir tidak pernah mendapatkan masukan yang berupa kriindikator, saran, atau teguran baik dari kepala Sekolah, kolega, maupun murid mengenai perencanaan maupun pelaksanaan mengajarnya. Dengan alasan pengalaman mengajar guru-guru tersebut sudah cukup lama. Kepala Sekolah maupun Pengawas, kurang memberikan masukan, kriindikator atau saran. Mereka percaya kalau guru-guru tersebut sudah mampu melaksanakan tugas mereka ( termasuk merencanakan dan laksanakan kegiatan belajar-mengajar,sehingga tidak ada yang perlu dirisaukan lagi. Oleh karena itu. baik guru maupun kepala sekolah sama-sama beranggapan bahwa tidak ada yang perlu unik diupayakan. Kemungkinan yang kedua adalah : karena memang selama ini mungkin mereka jarang membuat persiapan mengajar yang terinci langkah-langkah kegiatannya, sehingga tidak diketahui kekurangan- kekurangan yang ada. Yang ketiga, kemungkinan penyebabnya adalah : secara umum memang orang tidak mampu melihat kekurangannya send iri .sehmgga mereka merasa tidak mempunyai kekurangan yang perlu diperbaiki. Lebih-lebih mereka yang pengalaman mengajarnya sudah lebih dari 20 tahun, senng merasa bahwa upaya peningkatan kualitas hanya berlaku untuk guru-guru baru. Yang paling merisaukan mereka termasuk kepala sekolah dan bahkan orangtua murid adalah apabila nilai ujian akhir yang diraih oleh siswa menumu Mereka khawatir kalau mund-murid mereka tidak diterima disekolali negeri. Jadi, orientasi mereka lebih kepada pengetahuan kognitif dari pada kemampuan yang lain. Padahal, mata pelajaran Bahasa Indonesia selain termasuk pengetahuan yang bersifat praktis, memang juga termasuk keterampilan. Jadi, tolok ukur yang dipakai untuk menilai keberhasilan pengajaran Bahasa Indonesia mestinya bukan hanya dari nilai ujian akhir saja, melainkan juga nilai keterampilan siswa dalam menggunakan bahasa.

3. Niat untuk Melakukan Inovasi
Selama menjadi guru tidak pernah ada masalah dengan mengajarnya, tidak pernah ada teguran, saran atau masukan baik dari sejawat maupun dan atasan, sudah sewajarnyalah apabila para guru SD tersebut seolah-olah tidak ada ide atau niat inovasi adalah jumlah dan jenis informasi serta pengalaman yang dihayati oleh guru. Apabila guru itu sering mendapatkan berbagai informasi dan pengalaman yang berkenaan dengan tugasnya, dapat dipasindikatoran bahwa keinginan untuk mengadakan inovasi akan muncul. Lagi pula, gagasan untuk mengubah diri ilu tidak harus datang dari dalam diri sendin, tetapi bisa juga datang dari orang lain. Sejalan dengan pernyataan ini Amidon dan Hunter (1967), berpendapat bahwa ide mengubah situasi itu bisa saja datang dari orang lain, dari dalam maupun dari luar profesi; dengan catatan guru-guru tersebut harus dilibatkan sejauh yang mereka kehendaki, jika perubahan betul-betul diinginkan untuk terjadi. Labih jauh Amidon dan Hunter mengatakan : " Given necessery help and encouragement, human beings want to grow and develop, and teachers, whose work has particular importabe for society and for their individual members, may have a particularly strong dnve to improve their skills". Jika diberikan bantuan dan dorongan, manusia pasti ingin tumbuh dan berkembang, juga para guru, yang pekerjaan mereka memiliki manfaal bagi masyarakat dan baui para anggotanya, dapat juga mempunyai keinginan yang kuat untuk meningkatkan kemampuan mereka.

4. Reformasi Berawal dari Ketidakpuasan
Berkaitan dengan apa yang telah disebutkan di atas, Mc Nift (1992J menyatakan bahwa reformasi pendidikan biasanya berawal dari ketidakpuasan terhadap pelaksanaan pendidikan yang sedang berlangsung saat ini. Menurutnya langkah praktis untuk mengatasi ketidak puasan tersebut adalah dengan " Action Research". Dengan "Action Research” semua permasalahan yang bersumber dari ketidak puasan dalam praktek pendidikan dapat terpecahkan. Disamping itu, Suwarsih Madya (1995) dalam arindikatorelnya yang berjudul "Identifikasi Permasalahan Action Research" menyatakan bahwa penelitian tindakan atau Action Research itu biasanya dilakukan untuk mengubah perilaku penelitinya, perilaku orang lain, atau mengubah kerangka kerja, organisasi, atau struktur lain, yang pada gilirannya menghasilkan perubahan pada perilaku para penelitinya atau orang lain yang terkait. Selanjutnya Sukamto (1995), sehubungan dengan hal ini juga mengatakan bahwa penelitian tindakan kelas (Classroom action research) apabila dilakukan, dapat dipakai sebagai alat yang sangat bermanfaat untuk membekali guru supaya secara kritis mencari, menilai, mencobakan dan memanfaatkan ide baru untuk membantu tugasnya dalam proses pembelajarannya.
Disamping hal-hal yang telah disebutkan di atas, Departemen Pendidikan Nasional sebenarnya sudah sejak lama berupaya meningkatkan kemampuan guru dalam merancang atau merencanakan dan melaksanakan proses belajar- mengajar. Tujuan tersebut baru bisa dikatakan berhasil apabila telah terlihat bertambah profesionalnya penampilan guru dan bertambah optimumnya proses belajar siswa.
4. PAIKEM
1. Konsep Dasar PAIKEM
Pendekatan PAIKEM meskipun yang diharapkan pertama dan utama adalah keaktifan dan kekreatifan peserta didik, namun sebenarnya guru juga dituntut untuk aktif dan kreatif juga. Agar pendekatan ini dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan, sudah tentu guru harus merencang pembelajarannya dengan baik, melaksanakannya dengan baik dan akhirnya menilai hasil pembelajaran dengan baik pula. Di samping skenarionya dapat berjalan atau tidak

2. Landasan Pendekatan PAIKEM
a. Landasan Hukum/Yuridis PAIKEM
Yang menjadi landasan hukum atau yuridis pendekatan PAIKEM adalah:
1) UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisitem Pendidikan Nasional
2) PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan


b. Landasan Filosofis PAIKEM
Yang melandasi pendekatan pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM) antara lain filsafat konstruktivisme yang menekankan agar peserta didik mampu mengintegrasikan gagasan baru dengan gagasan atau pengetahuan awal yang telah dimiliki peserta didik. Harapannya mereka mampu membangun makna bagi fenomena yang berbeda. Di samping itu, juga filsafat pragmatisme yang menekankan agar dalam pembelajaran, peserta didik sebagai subayek yang aktif, sementara guru sebagai fasilitator Sekurang-kurangnya dua filsafat pendidikan tersebut yang melandasi pendekatan PAIKEM. Tujuan dengan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan tersebut daya serap peserta didik terhadap bahan ajar meningkat, sehingga berdampak pada peningkatan hasil belajar.
3. Pengertian Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan (PAIKEM).
a. Pembelajaran
Pembelajaran merupakan pencipataan kondisi dan situasi yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran bagi peserta didik/siswa dan guru sebagai pendidik dan pengajar.
b. Pembelajaran Aktif
Pendekatan belajar aktif atau cara belajar siswa aktif adalah cara pandang yang mengganggap belajar sebagai kegiatan membangun makna/pengertian terhadap pengalaman atau informasi, yang dilakukan oleh si pembelajar, bukan oleh si pengajar. Serta mengganggap belajar sebagai kegiatan menciptakan suasana yang mengembangkan inisiatif dan tanggung jawab belajar si pembelajar, sehingga berkeinginan untuk terus belajar selama hidupnya dan tidak tergantung kepada guru/orang lain bila mereka mempelajari hal-hal baru.
Dalam belajar aktif harus beranggapan bahwa;
• Guru sebagai penanam tanaman yang selalu memelihara tanamannya.
• Guru bukan sebagai penuang air yang menuangkan air ke dalam gelas kosong.
c. Belajar Kreatif
Yang dimaksud dengan pendekatan belajar kreatif adalah kemampuan guru mendorong siswa untuk menggunakan kemampuan berpikir, sehingga siswa mampu menciptakan sesuatu. Ini merupakan satu proses pembelajaran yang berkualitas tinggi, yang mana prinsip utamanya adalah berpikir atau berperilaku kreatif.
Pandangan sebagian besar guru bahwa kreatif merupakan suatu yang jauh dan hanya milik orang-orang cerdas, membuat guru merasa tidak mampu mendorong atau menolong siswa untuk mencipta (to create) sesuatu. Padahal perbuatan kreatif dapat terjadi dimana saja dan dalam saat apapun. Karena kreatif merupakan proses mental seseorang, sehingga ia mampu menciptakan sesuatu ide atau produk baru.
d. Belajar Efektif
Kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran, sehingga dalam pelaksanaan proses pembelajaran menghasilkan belajar yang optimal, berdaya saing, mandiri dan bertanggungjawab, dan bernuansa kebutuhan pasar. Maksudnya kriteria pengetahuan, keterampilan, serta sikap dan perilaku yang disampaikan kepada siswa sesuai dengan tuntutan pasar (pemerintah, industri, dunia kerja, dsb).
e. Belajar Menyenangkan
Kemampuan seorang guru mencipatakan proses pembelajaran yang diminati/disenangi oleh siswa tanpa ada tekanan dari manapun. Siswa belajar karena motivasi dari dirinya yang bertujuan untuk mencapai kompetensi yang telah ditentukan dan menimbulkan kepuasan, karena kompetensi tesebut dapat dilakukannya.
4. Alasan Penerapan PAIKEM
Sekurang-kurangnya ada dua alasan mengapa pendekatan PAIKEM diterapkan di Indonesia, yaitu:
a. PAIKEM lebih memungkinkan peserta didik dan guru sama-sama aktif terlibat dalam pembelajaran. Selama ini kita mengenal pembelajaran model konvensional dinilai hanya guru yang aktif (monolog), sementara peserta didik pasif, sehingga pembelajarannya dinilai menjemukan, kurang menarik dan tidak menyenangkan.
b. PAIKEM lebih memungkinkan, baik peserta didik maupun guru sama-sama kreatif. Guru berupaya kreatif mencoba berbagai cara melibatkan semua peserta didiknya dalam pembelajaran. Sementara peserta didik juga dituntut kreatif pula dalam berinteraksi dengan sesama teman, guru, maupun bahan ajar dengan segala alat bantunya, sehingga pada akhirnya, hasil pembelajaran dapat meningkat.
5. Ciri-ciri/Karakter PAIKEM
Sebagaimana telah kita maklumi bersama PAIKEM merupakan kependekan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Dari kata-kata itulah kita dapat segera mengatahui ciri-ciri atau karakteristik dari PAIKEM itu sendiri.
a. Aktif
Ciri pertama pendekatan PAIKEM adalah aktif. Maksudnya pendekatan ini memungkinkan peserta didik berinteraksi secara aktif dengan lingkungan, memanipulasi objek-objek yang ada di dalamnya dan mengamati pengaruh dari manipulasi objek-objek tersebut. Dalam hal ini guru juga terlibat secara aktif, baik dalam merancang, melaksanakan dan mengevaluasi proses pembelajaran.
b. Kreatif
Ciri kedua pendekatan PAIKEM adalah kreatif. Maksudnya pembelajarannya membangun kreataivitas peserta didik dalam berinteraksi dengan lingkungan, bahan ajar dan sesama peserta didik, utamanya dalam menghadapi tantangan atau tugas-tugas yang harus diselesaikan dalam pembelajaran. Dalam hal ini guru juga dituntut untuk kreatif bagaimana merancang dan melaksanakan pendekatan PAIKEM ini.
c. Efektif
Ciri ketiga pendekatan PAIKEM adalah efektif. Maksudnya dengan pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan dapat meningkatkan efektif pembelajaran, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas hasil belajar peserta didik.
d. Menyenangkan
Ciri keempat dari pendekatan PAIKEM ini adalah menyenangkan. Maksudnya pendekatan PAIKEM dirancang dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Dengan suasana pembelajaran yang menyenangkan, diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.
Dalam kaitan ini, Rose and Nocholl (2003) mengatakan bahwa pembelajaran yang menyenangkan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Menciptakan lingkungan tanpa stress (relaks), lingkungan yang aman untuk melakukan kesalahan, namun harapan untuk sukses tetap tinggi.
b. Menjamin bahwa bahan ajar itu relevan. Anda ingin belajar ketika Anda melihat manfaat dan pentingnya bahan ajar. Demikian Rose dan Nocholl.
c. Menjamin bahwa belajar secara emosional adalah positif, yang pada umumnya hal itu terjadi ketika belajar dilakukan bersama dengan orang lain, ketika ada humor dan dorongan semangat, waktu rehat dan jeda teratur serta dukungan antusias.
d. Melibatkan secara sadar semua indera dan juga pikiran otak kiri dan otak kanan.
e. Menantang peserta didik untuk dapat berpikir jauh ke depan dan mengekspresikan apa yang sedang dipelajari dengan sebanyak mungkin kecerdasan yang relevan untuk memahami bahan ajar.
f. Mengonsolidasikan bahan yang sudah dipelajari dengan meninjau ulang dalam periode-periode yang relaks.
Agar pembelajaran dapat menyenangkan dan efektif, perlu melibatkan pembelajaran multi-indera:
a. Dengan membaca dan memvisualisasikan bahan ajar, berarti anda adalah melihat  Visual
b. Dengan memberikan fakta kunci kera-keras, mengajukan pertanyaan dan menjawabnya, berarti anda telah mendengarkannya  Auditorial
c. Dengan menuliskan pokok masalah pada kartu dan menyusunnya dalam urutan logis, berarti anda telah melakukannya  Kinestetik/Fisik.
Disamping itu, pelibatan otak kiri dan kanan dalam pembelajaran dapat meningkatkan efektivitas dan rasa senang dalam belajar. Yang termasuk dalam otak kiri (logika) adalah dalam hal:
- Perencanaan,
- Outline,
- Tata bahasa,
- Penyuntingan,
- Penulisan Kembali Naskah,
- Penelitian, dan
- Tanda Baca.
Sedangkan yang termasuk dalam otak kanan (emosi) adalah, adanya:
- Semangat
- Spontan
- Emosi
- Warna
- Imajinasi
- Gairah
- Ada unsur baru, dan
- Kegembiraan
Dalam PAIKEM, sebaiknya kita menggunakan SAVI, yaitu:
- Somatis : belajar sambil bergerak dan berbuat
- Auditori : belajar sambil berbicara dan mendengar
- Visual : belajar dengan mengamati dan menggambarkan
- Intelektual : belajar dengan memecahkan masalah dan merenung
6. Prinsip/Komponen PAIKEM
Sekurang-kurangnya ada 4 (empat) prinsip PAIKEM, yaitu:
a. Mengalami: dalam hal ini peserta didik mengalami secara langsung dengan memanfaatkan banyak indera. Bentuk konkritnya adalah peserta melakukan: pengamatan, percobaan, penyelidikan, dan wawancara. Jadi perserta didik belajar banyak melalui berbuat.
b. Interaksi: dalam hal ini interaksi antara peserta didik itu sendiri, maupun dengan guru, baik melalui diskusi/tanya jawab maupun melalui metode lain (bermain peran dsb) harus selalu ada dan terjaga, karena dengan interaksi inilah pembelajaran menjadi lebih hidup dan menarik.
c. Komunikasi: dalam hal ini komunikasi perlu diupayakan. Komunikasi adalah cara kita menyampaikan apa yang kita ketahui. Interaksi tidak cukup jika tidak terjadi komunikasi. Bahkan interaksi menjadi lebih bermakna jika interaksi itu komunikasi.
d. Refleksi: refleksi merupakn hal penting lainnya agar pembelajarannya itu bermakna. Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang memungkinkan terjadinya refleksi dari si peserta didik ketika mereka mempelajari sesuatu. Refleksi di sini maksudnya adalah memikirkan kembali apa yang diperbuat/dipikirkan. Dengan refleksi kita bias menilai efektif atau tidaknya pembelajaran. Jangan-jangan setelah direfleksi ternyata pembelajaran kita yang menyenangkan, namun tingkat penguasaan substansi atau materi masih rendah atau belum tercapai sesuai yang kita harapkan.

B. Hipotesis Tindakan
Dari pernyataan-pernyataan di atas, dapatlah dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: Apabila kepada guru-guru SD diberikan masukan kelebihan dan kekurangan mereka dalam merancang dan melaksanakan kegiatan belaja£-mengajar, mereka pasti akan merasa senang, dan sebagai aktualisasi dari rasa senang tersebut akan timbul dalam diri mereka keinginan untuk selalu berusaha tampil dengan lebih baik lagi guna mempertahankan keberhasilan yang sudah mereka capai dengan baik, serta apabila kepada mereka diberikan bantuan dan dorongan seperlunya, mereka akan berusaha untuk meningkatkan kemampuan yang masih kurang. Sedang tindakan yang harus dilakukan untuk membantu para guru tersebut perlu dibahas bersama antara peneliti, para guru SD dan kepala sekolah tempat guru-guru tersebut bertugas Dengan demikian, yang terlibat dalam penelitian ini adalah: guru-guru SD (sebagai peneliti), kepala sekolah (sebagai pemantau).




























BAB III
PROSEDUR PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan di kelas, maka sifatnya adalah partisipatif dan kolaboratif. Pada jenis penelitian ini peneliti harus berada di lapangan sejak awal penelitian. Seperti dikemukakan oleh Suwarsih Madya (1994) peneliti harus ada pada waktu mendiagnosis, menganalisis keadaan dan melihat kesenjangan antara keadaan nyata dengan keadaan yang diinginkan, merumuskan rencana tindakan, kemudian ikut melaksanakan rencana tersebut dan memantaunya, dan yang terakhir melaporkan hasil penelitiannya.
1. Prosedur Penelitian
a. Lokasi Penelitian
Penelitian tindakan ini dilaksanakan di kelas V SDN 31 Balai Labuh Bawah Kecamatan Lima Kaum Kabupaten Tanah Datar. Lokasi SD tersebut cukup strategis sebagai tempat belajar. Sebab, bangunan SD tersebut berada kurang lebih 500 meter dari keramaian jalan raya.
b. Karakterisindikator Subjek Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini melibatkan 1 (satu) orang guru kelas V, siswa kelas, peneliti sebagai kolaborator. Guru kelas bernama Nurma Dewi , lulus penyetaraan D2 PGSD. Pengalaman mengajar sudah lebih dari 15 tahun, tetapi mengajar di kelas V baru 1 tahun. Adapun mengenai murid-murid SD 31 Balai Labuh Bawah sebagian besar berasal dari desa sekitar.

2. Tahapan penelitian
Sebagaimana dikemukakan oleh Kemmist & Taggart dalam Hopkins f (993) penelitian tindakan ini meliputi 4 (empat) tahap kegiatan pokok, yaitu: perencanaan (planning) , pelaksanaan (acting), pemantauan (observing), dan refleksi (reflecting). Keempat tahap di atas merupakan satu siklus atau satu putaran tindakan. Apabila hasil refleksi terhadap tindakan yang telah direncanakan ternyata belum berhasil memecahkan masalah yang dihadapi guru, direncanakan lagi tindakan baru dengan tahap-tahap yang sama seperti siklus pertama. (Wardani, 2000). Atas dasar itu maka penelitian ini dilakukan sebanyak 2 putaran, yaitu sampai permasalahan yang dihadapi oleh guru SD terpecahkan.

3. Persiapan Penelitian
Telah disebutkan di atas bahwa peneltian tindakan ini dilakukan oleh peneliti kepada guru kelas V SDN 31 Balai Labuh Bawah Lima Kaum Kabupaten Tanah Datar. Sebelum penelitian dimulai, peneliti, guru kelas V bertemu dan menentukan tindakan-tindakan apa yang akan dilaksanakan. Berapa jumlah tindakan (siklus) yang akan dilakukan tergantung permasalahan yang dihadapi. Setelah dilakukan tindakan ternyata penelitian ini membutuhkan 3 (tiga) siklus tindakan.
Penelitian ini mencoba mengungkap kemampuan dan keterampilan guru kelas V dalam merancang dan melaksanakan kegiatan belajar-mengajar Bahasa Indonesia, apakah mereka sudah dapat menyusun dan merancang kegiatan belajar yang dapat memotivasi partisipasi aktif siswa. Fokus penelitian ini adalah adanya aksi atau kegiatan dari sumber data, dalam hal ini adalah guru kelas V, maka penelitian ini dilakukan sejak saat pembuatan perencanaan sampai pada pelaksanaan kegiatan belajar- mengajar berlangsung. Dengan demikian data yang diperoleh bersifat langsung dan lebih menekankan pada proses bukan hasil, seperti dikemukakan oleh Sujana dan Ibrahim (19889:198) bahwa tekanan penelitian kualitatif adalah proses bukan hasil. Selanjutnya fungsi data ini adalah sebagai landasan untuk merefleksi. (Suwarsih Madya, 1994:32).

4. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti merupakan instrumen kunci, mengingat sifat penelitian ini adalah naturalisindikator. Nasution (1996:55) menyatakan bahwa dalam penelitian naturalisindikator tidak ada pilihan lain kecuali menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya adalah segala sesuatu belum mempunyai bentuk yang pasti. Karena peneliti merupakan instrumen kunci, maka peneliti terlibat secara langsung dalam kegiatan merancang dan melaksanakan kegiatan belajar-mengajar. Selain instrumen kunci tersebut, dipandang perlu juga adanya instrumen lain, seperti pedoman penilaian rancangan dan pelaksanaan pengajaran ( APKG1 dan APKG2), field notes,dan tabel rekaman data. Hal ini diperlukan guna memudahkan peneliti melakukan kegiatannya.

5. Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini diperoleh melalui kegiatan observasi, wawancara dan dokumentasi. Data tersebut masih berupa data mentali, dan untuk memberi makna, data tersebut perlu dirangkum, dikategorikan dan dikodifikasikan sesuai dengan aspek yang dikembangkan. Untuk mengetahui valid tidaknya data digunakan teknik-teknik analisis data kualitatif yang meliputi : trianggulasi, member check, Audit trail dan expert opinion.

6. Analisis dan Interpretasi Data
Data yang telah dikategorikan validasinya dianalisis. Temuan-temuan data diinterpretasikan dengan merujuk pada acuan teoriindikator mengenai perencanaan dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar (khususnya bahasa Indonesia) yang dapat memotivasi partisipasi aktif siswa. Dalam proses ini peneliti berusaha memunculkan makna dari setiap data yang diperoleh, disamping menggambarkan perolehan peneliti secara deskriptif analiindikator, sehingga akhirnya diperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai permasalahan penelitian.





BAB IV
HASIL DAN IMPLEMENTASI

A. DESKRIPSI HASIL

Hasil penilaian terhadap perencanaan kegiatan belajar mengajar bahasa Indonesia dan pengamatan terhadap pelaksanaannya mulai putaran pertama sampai dengan putaran kelima dapat dilihat pada tabel 1 dan tabel 2 berikut ini
Tabel I Rerata Nilai Kemampuan Merencanakan KBM

No Nama Guru
Putaran Ke1
Putaran ke 2 Kenaikan
dari Putaran Ke-1

I
2
3
4
5
1.
NURMA DEWI 2.9
3.2
0,3

Dari data 1 di atas dapat dilihat bahwa pada putaran pertama kemampuan guru dalam merancang kegiatan belajar-mengajar masih rendah. Ini terlihat pada nilai guru tersebut masing-masing masih rendah, yaitu 2.9 Jika dinilai secara kualitatif sesuai APKG 1, mereka baru mendapat nilai C. Pada putaran ke dua sudah nampak ada peningkatan, masing-masing menjadi 3.2, naik 0.3 Meskipun kenaikan itu belum signifikan, tetapi sudah bisa mengubah nilai C menjadi B. Pada putaran ketiga masing-masing juga mengalami kenaikan, dari 3.2 menjadi 3.6 dan 3.8. Namun, kenaikan itu belum bisa mengubah nilai B menjadi A. Baru pada putaranke empat dan ke lima masing -masing dapat mencapai kenaikan yang signifikan (1.2 dan 1.4) sehingga mencapai nilai di atas 4.1 yang dapat dikonversikan menjadi nilai A, meskipun belum nilai A sempurna yaitu 5.

Tabel 2. Rerata Nilai Kemampuan Melaksanakan KBM
No Nama Guru
Putaran Ke3
Putaran ke 4 Kenaikan
dari Putaran Ke-1

I
2
3
4
5
1.
NURMA DEWI
3,1
3,7
0,6

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan melaksanakan kegiatan belajar-mengajar baru nampak pada putaran keempat dan kelima. Masing-masing mencapai skor 4.2 dan 4.2;4.5 (naik 1.1). Ini berarti nilai kualitatif yang dicapai oleh kedua orang guru tersebut dalam pelaksanaan mengajar adalah A, meskipun juga belum nilai A sempurna, 5.

B. IMPLEMENTASI/ ANALISIS PELAKSANAAN TINDAKAN
1. Tindakan pada Putaran Pertama
a. Masalah yang ingin diteliti
Masalah yang ingin diteliti pada putaran pertama ini adalah mengenai persiapan mengajar yang dibuat oleh guru beserta pelaksanaannya. Peneliti bermaksud mengetahui kesulitan yang dihadapi guru dalam menyusun persiapan mengajar yang sesuai dengan kriteria yang benar agar dapat menciptakan kegiatan belajar yang melibatkan partisipasi siswa secara aktif. Maka dari itu pada tahap ini peneliti belum memberikan bantuan secara teknis mengenai kedua hal tersebut. Hal ini dilakukan mengingat kedua orang guru tersebut belum lama selesai mengikuti program penyetaraan D2 PGSD yang di dalamnya terdapat teori dan praktek penyusunan persiapan mengajar yang baik dan pelaksanaan proses belajar-mengajar yang melibatkan partisipasi aktif siswa.
Disamping itu, hasil pengamatan ini diharapkan dapat digunakan untuk mengetahui kesulitan apa yang dihadapi oleh guru sehingga dapat ditentukan bagaimana membantu mereka, dan bantuan apa yang diperlukan untuk mengatasi kesulitan tersebut. Dan untuk selanjutnya dapat dipakai untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam merancang dan melaksanakan kegiatan belajar-mengajar yang melibatkan siswa secara aktif.

b. Tindakan dan aktivitas
Tindakan dan aktivitas guru adalah menyusun persiapan mengajar dan melaksanakan rencananya. Peneliti memeriksa dan menilai persiapan yang dibuat oleh guru tersebut dan mengamati pelaksanaannya. Para siswa mengikuti semua kegiatan yang telah direncanakan oleh guru. Setelah pelakspaanbelajar-mengajar selesai guru dan peneliti bekumpul untuk saling menginformasikan temuan masing-masing.

c. Hasil dari Tindakan
1) Persiapan Mengajar
Dari persiapan mengajar yang digunakan oleh guru dalam penampilan pertama ini, peneliti melihat bahwa persiapan dibuat secara garis besar saja, yaitu hanya meliputi aspek-aspek:
1. Standar Kompetensi
2. Kompetensi Dasar
3. Indikator
4. Tujuan Pembalajaran
5. Materi
6. Kegiatan Pembelajaran
7. Metode
8. Penilaian
9. Alat Dan Sumber
Komponen lain seperti rumusan indikator rencana penggunaan metode/media, rencana KBM yang harus ditempuh oleh siswa untuk memperoleh pengalaman belajar, rencana penilaian, dan tindak lanjut yang akan dilakukan belum nampak. Jadi, jika hanya melihat dan mengamati rencana pembelajaran yang dibuat guru tersebut, belum tergambar secara jelas apa tujuan yang hendak dicapai olehguru, bagaimana guru mencapai tujuan yang telah dirumuskan , pengalaman belajar apa yang harus diperoleh siswa, kegiatan apa yang harus dilalui siswa untuk memperoleh pengalaman belajar, dan indicator apa yang akan digunakan guru untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan yang telah mereka tetapkan.

2) Pelaksanaan Mengajar
Proses belajar- mengajar berjalan kurang efektif dan eflsien karena persiapan kurang memadai. Ada beberapa perilaku guru yang kurang mendukung pencapaian tujuan. Usaha guru untuk mempertinggi partisipasi siswa dalam proses belajar-mengajar belum nampak maksimal. Hal ini dapat dilihat antara lain pada kurangnya perhatian secara menyeluruh, kurangnya teguran terhadap siswa yang ramai dan kurang memperhaindikatoran pelajaran.kurang meratanya kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan. Baik pada saat mengikuti penjelasan guru maupun mengerjakan tugas yang diberikan siswa tetap memerlukan perhatian dari guru. Perhatian yang dimaksud bisa bempa bantuan kalau siswa mendapatkan kesulitan, menegur, memberi kesempatan untuk bertanya atau menjawab pertanyaan.
Contoh kurang menyeluruhnya perhatian yang diberikan guru adalah pada saat siswa diberi tugas sebagai evaluasi. Soal yang diberikan hanya berupa soal lisan, tidak ditulis pada papan tulis dan diberikan hanya kepada beberapa siswa saja, sehingga siswa yang lain kurang memperhatikan indikatoran. Secara keseluruhan tentunya siswa kurang mendapatkan perhatian. Bahkan karena tidak mendapat giliran, ada beberapa siswa yang merasa tidak terlibat dalam proses belajar- mengajar sehingga tidak ada usaha untuk ikut mencari jawaban atas pertanyaan yang diberikan kepada temannya.
Teguran atau penngaian guru yang ditujukan kepada siswa yang ramai atau yang tidak mengikuti pelajaran secara sungguh-sungguh kurang begitu nampakj-lal ini bisa dilihat pada saat guru memberikan penjelasan atau memberikan giliran kepada siswa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan lisan,
ada beberapa siswa yang tidak mendapat giliran tidak mendengarkan temannya menjawab malah ramai sendiri tidak ditegur.

d. Penafsiran
1) Perencanaan Mengajar
Menurut pendapat kedua orang guru yang terlibat dalam penelitian ini rencana pembelajaran atau persiapan mengajar yang mereka gunakan itu berdasarkan panduan yang diperoleh dari KKG. Kesepakatan ini diambil atas pertimbangan bahwa guru di sekolah dasar adalah guru kelas yang harus mengajar semua bidang pengajaran. Dengan alasan tersebut guru merasa terlalu berat kalau harus membuat rencana pembelajaran untuk setiap bidang pengajaran, yang paling tidak ada empat bidang pengajaran untuk setiap harinya Mereka berpendapat ini sangat memberatkan, karena cukup menyita waktu dan tenaga. Belum lagi kalau harus menyiapkan alat peraga yang dibutuhkan oleh masing-masing bidang pelajaran. Disamping itu, untuk merencanakan kegiatan yang dapat mengaktifkan siswa dan menciptakan alat peraga yang tepat juga butuh kreativitas guru. Ini juga merupakan salah satu kendala yang mereka hadapi. Dengan alasan-alasan itulah maka persiapan mengajar disusun secara garis besar saja tanpa mempertimbangkan apakah tujuan yang hendak dicapai dan setiap kegiatan belajar siswa itu benar-benar mencapai sasaran atau tidak.
Anggapan itu perlu sekali mendapat perhatian adalah pemahaman guru tentang betapa pentingnya rencana pembelajaran yang terinci dan aktual. Hal ini perlu dipahami oleh semua guru, mengingat keberhasilan siswa dalam memperoleh pengalaman belajar sangat ditentukan oleh keberhasilan guru dalam membuat rencana pembalajaran. Siswa akan mendapatkan pengalaman belajar yang maksimal dan melekat lama di benaknya apabila ia dengan aktif mengikuti serangkaian kegiatan yang telah direncanakan dengan baik.

2). Pelaksanaan Mengajar
Karena persiapan mengajar kurang lengkap, akibatnya adalah:
1. I .Efektifitas dan efisiensi proses belajar mengajar menjadi rendah. Ada beberapa perilaku guru yang kurang menunjang pencapaian tujuan. Usah?, guru untuk mempertinggi mutu proses belajar mengajar kurang nampak.
2. Akurasi proses belajar mengajar menjadi berkurang,
3. Fokus belajar mengajar yang terjadi kurang dapat dijaga dengan baik ada menit ke 50 guru memberikan tugas kepada para siswa untuk dikerjakan secara individual.
Selama siswa mengerjakan tugas tersebut ada beberapa siswa yang nampak kurang aktif dan ada juga yang ramai sendiri. Keadaan ini kurang mendapat respon yang positif dari guru Dibiarkannya siswa pasif dan ramai sendiri tersebut disebabkan antara lain, :
I) Guru lebih mengutamakan hasil dari pada proses belajar sehingga guru merasa bahwa yang penting siswa dapat mengerjakan tugas yang diberikan dengan baik.
2) Memberikan teguran, pengarahan, motivasi atau bimbingan tidak harus dilakukan setiap saat. Sikap seperti itu seharusnya tidak boleh terjadi, mengingat prinsip belajar siswa aktif menuntut perhatian dan keaktifan guru dalam memberikan pelayanan kepada para siswanya. Memben instruksi dengan jelas, memperingatkan untuk tidak berbuat curang dalam mengerjakan tugas, menegur bila siswa berbuat salah merupakan bentuk perhatian yang harus diberikan kepada siswa. Dalam yang hendak dicapai dari setiap kegiatan belajar siswa itu benar-benar mencapai sasaran atau tidak.
Maka dari itumasih perlu sekali mendapat perhatian adalah pemahaman guru tentang betapa pentingnya rencana pembelajaran yang terincidan aktual. Hal ini perlu dipaliami oleh semua guru, mengingat keberhasilan siswa dalam memperoleh pengalaman belajar sangat ditentukan oleh keberhasilan guru dalam membual rencana pembalajaran. Siswa akan mendapatkan pengalaman belajar yang maksimal dan melekat lama di benaknya apabila ia dengan aktifmengikuti serangkaian kegiatan yang telah direncanakan dengan baik.Sikap seperti itu seharusnya tidak boleh terjadi, mengingat prinsip belajar siswa aktif menuntut perhatian dan keaktifan guru dalam memberikan pelayanan kepada para siswanya Memberi instruksi dengan jelas, memperingatkan untuk tidak berbuat curang dalam mengerjakan tugas, menegur bila siswa berbuat salah merupakan bentuk perhatian yang harus diberikan kepada siswa.
Dalam mengerjakan soal atau tugas tertentu, misalnya, larangan guru kepada siswa untuk tidak nyontek, memberitahu siswa apakah tugas tersebut harus dikerjakan secara individual ( yang tidak boleh bekerja sama dengan orang lain ), ataukah dikerjakan secara kelompok, ini semua merupakan bentuk layanan yang harus diberikan kepada siswa Hal ini perlu dilakukan karena antara lain :
1. Guru mengharapkan siswanya bersur&uii-sungguh dalam mengerjakan tugas,
2) Guru menanamkan sikap disiplin dan tanggung jawab pada siswanya
3) Guru menanamkan kemandirian pada para siswanya.
Pada saat siswa mengerjakan tugas yang diberikan- guru kurang memberikan layanan, bimbingan, penguatan kepada para siswanya, karena selama siswa mengerjakan tugasnya guru hanya berdiri di depan kelas atau duduk dikursi
guru. Sikap guru seperti ini disebabkan antara lain :
1) kebiasaan guru dalam mengajar yang kurang memberikan layanan akademik secara optimal,
2) guru kurang memperhaindikatoran proses pengerjaan lamun lebih meniindikatorberatkan pada hasil belajar siswa
3) guru tidak melakukan tes (evaluasi) proses yang bersifat penampilan
Proses belajar mengajar diakhiri dengan tes yang diberikan secara lisan siswa disulruh menawab secara tertulis. Guru mencocokkan hasil pekerjaan siswa secara acak. dengan cara menunjuk beberapa siswa untuk menyampaikan jawabannya secara usan Tidak semua siswa mendapat kesempatan untuk menyampaikan jawabannya. Hanya beberapa siswa tertentu saja yang mendapat kesempatan untuk menyampaikan jawabannya dengan pertimbangan antara lain untuk mempersingkat waktu, sebab jika semua siswa diberi kesempatan, waktu yang tersedia akan habis tersita untuk mencocokkan jawaban.
Dengan demikian hal penting yang merupakan kebutuhan dasar mental siswa justru terabaikan.Dengan tidak diberi kesempatan menjawab pertanyaan berarti keinginan siswa untuk terlibat dalam proses belajar-mengajar, keinginan membukindikatoran apakah jawabannya betul atau salah tidak terpenuhi Meta Analisis
Persiapan mengajar yang telah disusun dan dilaksanakan oleh kedua guru tersebut masih kurang memadai. Seperti telah disebutkan dmuka bahwa persiapan tersebut dibuat mengacu pada kesepakatan yang telah dibuat bersama dewan guru dalam forum KKG. Guru tersebut menyadari bahwa dengan format semacam itu banyak aspek yang tidak muncul dalam persiapan mengajar karena itu yang perlu mereka lakukan untuk tindakan selanjurnya adalah menyusun persiapan mengajar yang sesuai kriteria supaya dapat mencapai hasil yang diharapkan. Dalam kegiatan belajár-mengajar belum nampak kegiatan guru dan siswa secara tertulis (hitam di atas putih) sehingga belum tergambar kegiatan-kegiatan baik guru maupun siswa dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Pada bagian evaluasi yang merupakan tiindikator kulminasi dari serangkaian kegiatan belajawnengajar, alat-alat evaluasi yang memadai belum tertulis secara eksplisit, sehingga pembelajaran yang dibuat guru tersebut belum dapat diketahui tercapai tidaknya pembelajaran
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rencana pembelajaran yang telah disiapkan oleh guru tidak mampu mengefektifkan dan mengaktifkan siswa. Jika ternyata siswa dapat aktif dalam mengikuti proses belajar-mengajar maka sebenarnya keaktifan tersebut bukan dampak dari rencana pembelajaran yang dibuai oleh guru Proses belajar-mengajar dengan berpedoman pada perencanaan pembelajaran yang telab dibuat sebelumnya oleh guru belum dapat berjalan dengan sebaik-baiknya, karena kebanyakan siswa nampak pasif Mereka baru menulis jika disuruh mengerjakan sesuatu. Tidak ada yang mengajukan pertanyaan maupun pernyataan atau usulan tertentu, tidak ada diskusi baik klasikal maupun kelompok Metode yang dikembangkan oleh guru sebatas pada ceramah dengan variasi bertanya, sehingga tidak mampu membangkitkan motivasi siswa untuk belajar secara aktif dan kreatif.
Di sini nampak sekali bahwa guru kurang memahami, menghayati atau menguasai dasar mental siswa yang harus mendapat pelayanan dan pengembangan secara optimal. Sasaran utama dalam pembelajaran ini sebenarnya adalah bagaimana siswa aktif dalam mengikuti pelajaran yang sedang berlangsung. Peran guru pada saat pelajaran berlangsung masih nampak dominan, berarti belum sesuai dengan misi tindakan yang diupayakan yaitu mengaktifkan siswa.
Kepasifan siswa dalam mengikuti proses belajar nengajar dari menit pertama sampai menit terakhir disebabkan antara lain ole kekurangsempurnaan rencana pembelajaran vang dibuat oleh guru. Hal ini terjadi karena beberapa kemungkinan. Antara lain:
1. Guru merasa bahwa apa yang harus diajarkan sudah merupakan "bagian dari hidupnya" sehingga tidak merasa periu menyusun rencana pembelajaran yang terinci, pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan untuk menyusun rencana yang bagus dan memadai belum dimiliki oleh guru.
2. Pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan untuk menyusun perencanaan mengajar dengan baik itu ada, tetapi kemauan yang tidak ada. Atau dengan lain perkataan kemampuan ada, tapi kemauan tidak ada.

Saran Untuk Kegiatan Selanjutnya
Beberapa saran yang diajukan oleh peneliti berdasarkan refleksi pada
siklus pertama untuk memperbaiki pelaksanaan tindakan pada penampilan
berikutnya adalah :
1. Dalam menyusun rencana pembelajaran guru memperhaindikatoran rambu-
2. rambu
3. Pembuatan rencana pembelajaran yang bagus.( mengacu APKG I )
4. Dalam melaksanakan kegiatan belajar-mengajar supaya guru lebih proaktif
5. Meningkatkan partisipasi aktif siswa. ( Dapat mengacu APKG 2 )
6. Perhatian guru lebih distributif sehingga semua siswa merasa terperhatikan indikator dan terlayani.
7. Guru mengurangi porsi ceramahnya sehingga para siswa mempunyai kesempatan yang cukup untuk mengembangkan potensinya baik dengan
8. mengajukan pertanyaarunaupun menyampaikan gagasan/idenya.

2. Tindakan pada Putaran Kedua
a. Masalah yang ingin diteliti
Berdasarkan hasil refleksi putaran pertama, masalah yang ingin diteliti adalah masih pada persiapan dan pelaksanaan mengajar. Pada putaran kedua ini diharapkan persiapan sudah dibuat dengan menggunakan format APKG I dengan seluruh komponennya. Pelaksanaan mengajar juga diharapkan mengacu pada format APKG 2. Jadi, masalah yang diteliti pada puiaraan kedua ini meliputi seluruh komponen yang ada dalam APKG1 dan APKG2, yaitu :
a. Apakah guru menentukan bahan pembelajaran dan merumuskan tujuan ?
b. Apakah guru memilih dan mengorganisasikan materi,media dan sumber?
c. Apakah guru merancai _ '. enario pembelajaran ?
d. Apakah guru merancang pengelolaan kelas ?
e. Apakah guru merancang prosedur dan mempersiapkan alat penilaian ?
f. Apakah guru mengelola ruang, waktu, dan fi is belajar- ;
g. Apakah guru menggunakan strategi pembelajaran ?
h. Apakah guru mengelola interaksi kclas.
i. Apakah guru bersikap terbuka dan luwes serta membantu mengembangkan sikap positif siswa terhadap belajar ?
j. Apakah guru mendemonstrasikan kemampuannya dalam pembelajaran bahasa Indonesia ?
k. Apakah guru melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar ?

b. Tindakan dan aktivitas.
Guru menyusun persiapan mengajar dengan berpedoman pada format APKG 1 dan melaksanakannya dengan mengacu pada rambu-rambu yang ada pada APKG 2. Peneliti memeriksa persiapan yang telah disusun oleh guru dan mengamati pelaksanaannya upaya yang dilakukan oleh guru agar pembuatan rencana pembelajaran dapat tersusun baik yaitu memahami APKG 1 dan beberapa buku panduan pembuatan rencana pembelajaran dan sekaligus melakukan diskusi dengan peneliti. Dengan diskusi ini guru merasa lebih percaya diri dalam menyusun rencana pembelajaran karena guru lebih memahami aspek-aspek apa dan komponen-kompenen apa yang harus dipenuhi dalam menyusun rencana pembelajaran. Sebab, keakuratan persiapan mengajar akan sangat berpengaruh terhadap jalannya pelajaran dan kegiatan belajar siswa.

c. Hasil dan tindakan
1 ) Perencanaan mengajar
Rencana pembelajaran yang telah disusun guru untuk tindakan kedua ini sudah menunjukkan adanya peningkatan, baik kelengkapan aspeknya maupun substansinya. Namun demikian ada beberapa hal yang perlu dibenahi,yaitu
1) Perumusan indikator masih kurang tajam karena keterkaitan dengan SK kurang aspek yang diukur baru sebatas aspek kognitif dan ituíun masih dalam taraf Cl (ingatan),
2) Materi yang dikembangkan untuk pencapaian indikator belum menunjukkan adanya pengayaan,
3) Media yang diharapkan dapat mempermudah siswa dalam menerima materi atau memahami materi belum muncul (tidak ada),
4) KBM yang dikembangkan guru masih didominasi guru sehingga siswa kurang mendapat kesempatan untuk mengembangkan potensi dirinya, dan
5) Pada bagian evaluasi guru kurang memperhaindikatoran evaluasi proses dan hanya menekankan
6) evaluasi hasil.

2). Pelaksanaan mengajar
Kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru sudah menunjukkan adanya peningkatan daripada sebelumnya. Guru memulai pelajaran dengan melakukan apersepsi dalam rangka mengkaitkan pengetahuan atau pengalaman yang telah dimiliki siswa dengan maten yang akan disampaikan, dan diikuti dengan beberapa penjelasan yang berkaitan dengan kegiatan yang akan dilakukan.
Penjelasan guru cukup baik dan dapat dengan mudah diterima siswa Kejelasan kegiatan yang akan dilakukan pada pertemuan itu dapat meningkatkan motivasi siswa dalam mengerjakan tugas dan memperlancar kegiatan yang lelah direncanakan.

d. Penafsiran
I). Perencanaan Mengajar
Persiapan mengajar sudah dibuat dengan lebih baik, sudah memenuhi 5 ( lima) aspek penting dari APKG I. Hanya saja jika dinilai dengan remang nilai komponen I s/d 5 baru berkisar 2 dan 3. Artinya persiapan tersebut masih perlu diperbaiki lagi supaya bffsj mencapai hasil yang maksimal. Yang masih sangat perlu diperhaindikatoran adalah tentang rumusan INDIKATOR, perencanaan penggunaan alat bantu dan sumber, merancang sjfcnario pembelajaran.Padahal aspek-aspek yang akan memberi warna dan nuansa pelaksanaan kegkan belajar-mengajar


2). Pelaksanaan Mengajar
Pada waktu kegiatan inti dimulaLsiswa diberi beberapa tugas yaitu membuat kalimat langsung/tidak langsung. Namun masih terdapat beberapa siswa yang pasif dan ternyata tidak mendapat teguran dan guru. Dibiarkannya siswa pasif tersebut dikarenakan antara lain :
a. siswa tersebut lepas dari pengawasan guru, karena guru sering duduk di meja guru ( di depan kelas) sehingga prinsip belajar siswa aktif yang menuntut perhatian dan keaktifan guru kurang terpenuhi.
b. Sedikitnya motivasi yang diberikan guru kepada siswanya
c. Guru tidak terbiasa melakukan evaluasi proses.
Pada saat siswa mengerjakan tugas seharusnya seorang guru tidak membiarkan siswa bekerja taiipa ada proses evaluasi. Evaluasi proses mutlak diperlukan, sebab hal ini akan membawa pengaruh positif, yaitu para siswa lebih termotivasi dalam mengerjakan tugas .Sebagai tindak lanjut dari tugas yang diberikan, setiap siswa disuruh menyampaikan secara lisan hasil karyanya secara bergilir. Pada saat salah seorang siswa menyampaikan hasil karyanya guru langsung menanggapinya sendiri, tidak menawarkannya dulu kepada siswa lain untuk menanggapi tentu kurang menguntungkan perkembangan siswa karena sisv.a tidak dilibatkan untuk ikut berpikir dan mencoba menanggapi jawaban temannya. Kemungkinan ini dapai terjadi antara lain karena : a) Interaksi yang terjadi di dalam kelas biasanya hanya satu arah ( guru - siswa), b) Guru harus mengejar target pencapaian indikator sehingga kurang memperhaindikatoran layanan emosional yang seharusnya diberikan kepada para siswanya, c) Cara pandang guru terhadap materi pelajaran masili bersifat parsial belum holisindikator. Sebagai akibat dari cara pandang ini dalam meyainpaikan materi pelajaran, guru tidak berusaha mengkaitkannya dengan masalah yang lain.
Secara keseluruhan hasil yang dicapai guru pada siklus kedua ini, i dalam pembuatan rencana dan penampilan rencana pembelajaran) sudah ada peningkatan dibandingkan dengan penampilam pertamanya. Dilihat dari hasil evaluasi siswa, juga ada peningkatan. Siswa yang mendapat nilai diatas 7 lebih dari 50%, meskipun masih ada siswa yang mendapat nilai sangat rendah .
Meta Analisis
Perencanaaan yang lebih baik akan mempunyai dampak bagi' perkembangan siswa selanjutnya, karena perilaku yang diharapkan gura adalah perilaku yang direncanakan, bukan karena kebetulan. Sebagai konsekuensi logisnya dalam melaksanakan proses belajar- mengajar guru harus dipandu dengan perencanaan, dan oleh karena itu guru harus mau berusaha agar kemampuan dalam mengembangkan rencana pembelajaran selalu ditingkatkan.
Pada penampilan kedua ini sudah ada peningkatan yang dicapai oleh guru.
Dan yang lebih penting lagi guru sudah tidak terpengaruh eleli kehadiran peneliti di dalam kelas. Metode yang digunakan masih banyak berupa ceramah tetapi sudah ada usaha dari guru untuk membuat ceramahnya lebih bervariasi, yaitu dengan pemberian tugas dan tanya jawab. Kemampuan guru menggunakan kedua metode tersebut cukup baik sehingga suasana proses belajapmengajar menjadi lebih menarik Namun demikian dominasi guru masih nampak sangat menonjoL sehingga siswa kurang mendapat kesempatan yang luas untuk berkembang seoptimal mungkin.
Dalam pelaksanaan tugas, guru belum dapat berperan secara optimal, sebagai indikatornya adalah :
1. guru kurang memberikan layanan yang berupa pujian dan penguatan, dan
2. Siswa yang pasif kurang terpantau oleh guru, namun jika ada siswa yang nampak ramai tindakan pada tampilan berikutnya, adalah mengganggu temannya guru langsung menegurnya.

Saran Untuk Kegiatan Selanjutnya
Beberapa saran yang diharapkan dapat meningkatkan pelaksanaan
1. Dalam pembuatan rencana pelajaran, terutama pada perumusan indikator, ranah yang dicapai hendaknya tidak sebatas pada Cl, namun lebih dari itu.
2. Guru sebaiknya mengurangi ceramahnya supaya siswa mendapat kesempatan yang lebih banyak untuk terlibat secara aktif dalam proses belajar-mengajar.
3. Guru hendaknya lebih meningkatkan perannya sebagai fasilitator, motivator, dan evaluator, supaya siswa lebih terlibat secara aktif untuk memperoleh pengalaman belajar.
4. Guru perlu mempertimbangkan adanya pujian dan penguatan bagi siswa yang berhasil, dan sebaliknya juga memberikan semacam punishmenfjiepada mereka yang mengganggu temannya dan menimbulkan Kegaduhan.

3. Tindakan pada Putaran Ketiga
a. Masalah yang ingin diteliti
Hasil pengamatan dan refleksi putaran kedua menunjukkan bahwa masih ada beberapa masalah yang perlu diperhaindikatoran lagi. Masalah itu meliputi perumusan indikator, perencanaan penggunaan alat bantu dan sumber belajar, serta penyusunan skenario pembelajaran. Dan kareua tiga hal ini belum terencana dengan baik akibatnya pelaksanaan pembelajaran juga kurang dapat dilakukan dengan baik, terutama pada butir penggunaan strategi pembelajaran dan pengelolaan interaksi kelas. Atas dasar itulah maka masalah yang diteliti pada putaran ketiga adalah sebagai berikut :
 Apakah tujuan khusus sudah dirumuskan secara logis, dari yang mudah ke yang sukar, dari yang sederhana ke yang kompleks, dari yang konkret ke yang abstrak, dan dari ingatan ke menilai?
 Apakah gum menyediakan segala sesuatu untuk menyajikan bahan pembelajaran sehingga memudahkan siswa belajar ( misalnya gambar, model real ia, peta dan chart ) tidak termasuk papan tulis penghapus dan kapur.
 Apakah kegiatan belajar berupa mendengarkan penjelasan guru, Tanya jawab, diskusi, simulasi, membaca, menulis dsb ?
 Apakah tugas yang diberikan dan kegiatan belajar bervariasi klasikal, individual dan kelompok ) sehingga siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran ?

b. Tindakan dan aktivitas
Pada putaran ketiga ini, seperti pada putaran-putaran sebelumnya guru membuai persiapan mengajar berdasarkan acuan APKG 1 dan masukan yang telah didiskusikan bersama peneliti. Kemudian persiapan tersebut dipraktekkan di kelas, dan peneliti mengamati pelaksanaannya sambil memperhaindikatoran persiapan yang telah disusun guru. Segera setelah pelaksanaan mengajar selesai,guru dan peneliti mengadakan refleksi untuk mengetahui apakah yang telah direncanakan berhasil dilaksanakan dengan baik jika ternyata masih ada yang belum, guru dan peneliti merencanakan kembali undakan apa yang harus dilakukan selanjutnya.

c Hasil dari tindakan
1). Perencanaan mengajar
Rencana pelajaran yang dikembangkan guru pada penampilan ketiga ini cukup baik. Penyusunan indikator sudah meliputi beberapa aspek dan beberapa jenjang kemampuan. Dukungan maten untuk pencapaian tujuan tersebut cukup baik dalam arti terdapat kesesuaian dengan tujuan dan tingkat kedalamannya memadai.
Pada kegiatan belaja£-mengajar sudah tergambar keaktifan siswa dan guru yang ditopang dengan penggunaan metode ceramah, tugas, diskusi secara bervariasi. Di sini nampak sekali bahwa guru mulai menyadari bahwa perenc&n yang baik akan membawa pengaruh yang positif terhadap kelancaran pembelajaran ¡Jat(sekahgus akan mempermudah pencapaian tujuan-jjntuk menentukan bentuk dan arah kegiatan belajar-mengajar d¡perlukan adanya petunjuk yang jelas. Upaya yang dilakukan guru adalah memberi penjelasan tentang tujuan pembelajaran, jenis kegiatan, aturan main dalam diskusi/presentasi dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa. Dgwgan penjelasan yang mudah dipahami akan membangkitkan siswa dalam mengikuti/melaksarnakan kegiatan belajar mengajar.

2). Pelaksanaan Mengajar
Pelaksanaan mengajar sudah berjalan jauh lebih baikjPada waktu memasuki kegiatan inti metode yang dikembangkan guru adalah diskusi kelompok. Ditegaskan oleh guru bahwa alokasi waktu yang tersedia untuk kegiatan diskusi kelompok adalah 50 menit. Pembahasan waktu ini sangat penting, karena, antara lain :
a. siswa lebih tertantang dalam mengerjakan lugas,
b. dapat mengurangi kegiatan yang tidak perlu yaitu kegiatan yang tidak ada hubungannya dengan diskusi kelompok. Kelompok yang selesai lebih awal cenderung melakukan kegiatan lain yang tidak ada hubungannya dengan tugas yang telahdikerjakan. Dengan terbatasnya waktu maka kegiatan yang tidak perlu akan dapat ditekan.
Jalannya diskusi kelompok cukup baik namun masih terdapat beberapa kelompok yang jalan diskuspurang lancer antara lain. :
a. guru merasa bahwa diskusi kelompok merupakan tugas kelompok sehingga kurang adanya motivasi, bimbingan dan penguatan dan guru,
b. siswa tidak biasa melakukan diskusi kelompok-sebab yang sering terjadi adalah mendengarkan ceramah guru,
c. pada saat proses diskusi berlangsung tidak ada evaluasi yang dilakukan oleh guru. Perlu disadari bahwa evaluasi dapat membangkitkan semangat dan kreatimas siswa, dan
d. guru kurang proaktif terhaddp permasalahan yang dihadapi oleh setiap kelompok.
Jalannya presentasi hasil diskusi kelompok didominasi guru. Pada kegiatan presentasi, guru bertindak sebagai moderator, dan menguasai jalannya presentasi sehingga mengurangi porsi siwa untuk mengembangkan kemampuannya Akibat dari dominasi gum tersebut adalah siswa menjadi pasif, siswa takut berpendapat, sehingga potensi siswa tidak dapat berkembang secara optimal, dan akhirnya kegiatan belajafmengajar berpusat pada guru. Keadaan ini dapat terjadi disebabkan antara lain:
a. kebiasaan guru berceramah dalam memberikan materi pelajaran sulit dikurangi/dihilangkan.
b. Pola pembelajaran yang selama ini berjalan adalah siswa dibentak untuk siap menerima dan tidak untuk mencari atau menemukan
c. kurang adanya tanggapan dari kelompok lain yang kebetulan tidak sebagai presenter, dan
d. kemampuan guru dalam membangkitkan motivasi siswa masih lemah.

Meta Analisis
Keakuratan persiapan mengajar atau rencana pembelajaran yang dikembangkan guru sangat penting dalam mengefektifkan pencapaian tujuan pelajaran, namun sebaliknya jika persiapan kurang memadai maka yang terjadi adalah fokus kegiatan belajar-mengajar kurang tampak. Rencana pembelajaran yang baik adalah yang mampu membuat siswa dan guru aktif sehingga dapat terjadi interaksi timbal balik atau interakasi multi arah. Hal lain yang perlu diperhatikan indikator guru adalah mengembangkan dan menyelaraskan antara tujuan, materi, kegiatan belajaMengajar, dan evaluasi.
Pengelolaan kegiatan belajar-mengajar yang diperagakan guru dinilai cukup baik, yaitu guru berupaya membawa perhatian siswa ke pokok bahasan dengan memancing perhatian melalui media yang akrab dengan keberadaan dan kehidupan siswa. Metode diskusi yang dikembangkan guru ternyata mampu menciptakan 'cooperative learning' dan 'creative dialog' sehingga suasana proses belajar-mengajar nampak lebih dinamisifrlK yang dikembangkan guru dapat terbahas dengan baik-yaitu melalui ceramah guru juga dengan diskusi kelompok. Sebagai catatan dalam pelaksanaan diskusi kelompok-yaitu guru masih merasa kesulitan dalam mengendalikan kegaduhan kelas sebagai ekses dari diskusi kelompok. Di samping itu guru masih mahal dalam memberi pujian kepada siswa/kelompok yang berhasil mengerjakan tugas dengan baik.
Yang perlu mendapat perhatian guru adalah perlu ditingkatkannya pengetahuan lain sebagai penunjang, kamia pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dalam kehidupan memerlukan pengetahuan yang komprehensif. Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah guru harus mampu memposisikan diri sewaktu proses diskusi/kerja kelompok berlangsung dengan harapan dapat memantau seluruh akindikatortas kelompok dan kelompok dapat dengan segera mendapat layananibimbingan jika menghadapi masalah. Saran Untuk Kegiatan Selanjutnya Beberapa saran yang diharapkan dapat memperbaiki pelaksanaan tindakan
pada penampilan berikutnya antara lain :
1. Kekawatiran guru terhadap kelancaran diskusi sebaiknya dihilangkan karena pengetahuan dan kemampuan awal siswa cukup baik.
2. Perlu dilaksanakan lagi diskusi kelompok. Pada waktu diskusi kelompok sedang berlangsung, sebaiknya guru memposisikan diri sedemikian rupa sehingga guru mampu mengontrol jalannya diskusi.
3. Guru sebaiknya meningkatkan pelayanan kepada siswanya baik secara individual maupun secara kelompok terutama yang berbentupujian dan penguatan
4. Guru sebaiknya meningkatkan kemampuan dalam mengakomodasi pendapat siswa/kelompok






BAB. V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Yang menjadi masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah .bagaimana membantu meningkatkan kemampuan guru SD dalam merancang dan melaksanakan kegiatan belajar-mengajar yang dapal memotivasi partisipasi aktif siswa. Permasalahan ini kemudian dijabarkan menjadi I ). Kesulitan atau hambatan apa yang dihadapi oleh guru SD dalam merancang dan melaksanakan kegiatan belajar-mengajar yang dapat memotivasi partisipasi aktif siswa 2) Bagaimana membantu guru SD agar mampu merancang dan melaksanakan kegiatanbelajar-mengajar Bahasa Indonesia yang dapat memotivasi partisipasiaktif siswa dan 3) Bantuan apa yang diperlukan oleh guru untuk mengatasi kesulitan yang ada ?
Dari hasil pengamatan dan refleksi terhadap pelaksanaan tindakan pada putaran pertama dan kedua peneliti menemukan beberapa hambatan yang dihadapi oleh kedua orang guru SD yang terlibat penelitian ini, djaniaranya adalah : mereka belum terbiasa membuat persiapan mengajar yang terinci langkah-langkah kegtannya, bervariasi metode dan medianya. Kendala utama untuk membuat persiapan ysng terinci langkah-langkahnya, bervariasi metode dan medianya adalah waktu. ;8ebab guru SD adalah guru kelas yang setiap harinya paling tidak harus mengajarkan 3 atau 4 mata pelajaran. Apabila pelajaran berlangsung enam liari dalam satu minggu, berarti mereka harus membuat 18-20 buah persiapan mengajar. Akibalnaya, kesempatan untuk mencari buku sumber dan membacanya, serta kesempatan untuk memilih media dan alat bantu yang sesuai dengar, kebutuhan dan karakter bidang studi sangat terbatas. Jadi, tidaklah mengherankan kalau perencanaan dan pelaksanaan mengajar pada tindakan pertama dan kedua belum begitu baik. Ini kemungkinan juga disebabkan belum optimalnya bantuan yang diberikan oleh peneliti.
Baru pada tindakan pada putaran ketiga dan seterusnya peneliti betul- betul membantu guru dalam artnjvtmencarikan tambahan buku sumber dan buku panduan, menyarankan berbagai bentuk kegiatan yang dapat mengaktifkan siswa, memunculkan ide untuk menciptakan alai bantu belajar yang sesLai dengan kebutuhan. Dengan bantuan dan dorongan tersebut akhirnya guru berkasi) merancang dan melaksanakan kegiatan belajar- mengajar yang dapat memotivasi keaktifan siswa. Peneliti pun ikut merasa senang karena suasana kelas berubah jauh lebih dinamis dari pada hari-hari sebelumnya. Akan tetapi, katau melihat kenaikan nilai yang dicapai oleh kedua orang guru dari putaran pertama sampai dengan putaran kedua nampaknya sudah sulit sekali untuk mencapai skor ideal dengan rerata 5.0. Dari 1 dan 2 di atas terlihat bahwa kenaikan skor baik pada rancangan maupun pelaksanaan mengajar yang dicapai oleh masing-masing guru kecil sekali. Bahkan guru pada putaran keempat ke putaran kelima tidak mencapai kenaikan skor pada melaksanakan KBMnya.
B. Saran
Berdasarkan hasii pengamatan dan refleksi terhadap tindakan-tindakan yang telah direncanakan, saran atau rekomendasi yang dapat diajukan adalah sbb:
1. Kemampuan merancang dan melaksanakan kegiatan belajar- mengajar yang sudah berhasil memotivasi partisipasi aktif siswa supaya tetap dilaksanakan dengan penuh kesadaran, meskipun tidak lagi ada pendampingan dan pengawasan, agar siswa dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.
2. Untuk mengatasi keterbatasan waktu dan energi dalam pembuatan berbagai bentuk kegiatan yang dapat mengaktifkan siswa, memunculkan ide untu menciptakan alat bantu belajar yang sesuai dengan kebutuhan. Dengan bantuan dan dorongan tersebut akhirnya guru berhasil merancang dan melaksanakan kegiatan belajar- mengajar yang dapat memorivasi keaktifan siswa Pada putaran keempat dan kelima baik guru maupun siswa betul-betul sudah merasakan manfaat dari rancangan kegiatan belajar-mengajar yang terinci. Peneliti pun ikut merasa senang karena suasana kelas berubah jauh lebih dinamis dari pada hari-hari sebelumnya. Akan tetapi, kalau melihat kenaikan nilai yang dicapai oleh kedua orang guru dari putaran pertama sampai dengan putaran kelima, nampaknya sudah sulit sekali untuk mencapai skor ideal dengan rerata Dari table 1 dan table 2 di atas terlihat bahwa kenaikan skor baik pada rancangan maupun pelaksanaan mengajar yang dicapai oleh masing-masmg guru kecil sekali. Bahkan guru pada putaran keempat ke putaran kelima tidak mencapai kenaikan skor pada melaksanakanKBM-nya.

B. Saran
Berdasarkan hasil pengamatan dan refleksi terhadap tindakan-tindakan yang telah direncanakan, saran atau rekomendasi yang dapat diajukan adalah sbb:
1. Kemampuan merancang dan melaksanakan kegiatan belajar- mengajar yang sudah berhasil memotivasi partisipasi aktif siswa supaya tetap dilaksanakan dengan penuh kesadaran, meskipun tidak lagi ada pendampingan dan pengawasan, agar siswa dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.
2. Untuk mengatasi keterbatasan waktu dan energi dalam pembuatan persiapan mengajar, guru-guru yang memegang kelas yang sama dapat berkumpul, dan menyusun persiapan bersama-sama untuk beberapa pertemuan dalam satu semester, atau balikan untuk satu tahun. Persiapan yang disusun bersama ini bisa digandakan dan dipakai berulang-ulang ; tinggal merevisi dan menyesuaikan bila ada perubanan.
3. Menyadari betapa berbedanya karakter bidang studi yang satu dengan yang lain, serta berbedanya minat , kesanggupan, dan kemampuan guru, pengajaran di kelas tinggi ( kelas iv',V,dan VI) hendaknya dilakukan oleh guru bidang studi. Dengan sistem bidang studi ini guru akan lebih bisa meugkonsentrasikan diri untuk memikirkan kiat-kiat apa yang harus ia upayakan untuk meningkatkan partisipasi akui siswa dalam proses belajar mengajar yang telah ia kembangkan.
4. Untuk membantu guru SD supaya dapat melancang dan melaksanakan kegiatan belajar-mengajar yang dapat memotivasi partisipasi aktif siswa, perlu mengintensifkan dan mengefektifkan kegiatan-kegiatan pada pertemuan-pertemuan periodik yang sudah ada, dengan diisi kegiatan-kegiatan seperti sharing ( berbagi ) pengalaman baik itu tentang keberhasilan maupun kegagalan dalam melaksanakan tugas masing-masing, tukar-menukar informasi mengenai buku-buku sumber yang baru dll.






















DAFTAR PUSTAKA


Amidom, Edmund and Elizabeth Hunier. 1967. improving Teaching : The
Analysis of Verbal Interaction. New York, Rinehart and Winston, Inc.
A.M. Sardinian. 1987. interaksi Jan Motivasi Helajar Mengajar. Jakarta :
Rajawali Pers.
Good, Tilomas and Jere E. Broophy. 1994. Looking in the Classroom, New
York : Harper Collins College publisher.
Goswani, Dixie and Peter R. Stillman 1987. Reclaiming the Classroom. Teacher Reaserch as an Agent Jar Change. Portsmouth, NH: Boyton/Cook Publisher.
Hamalik, Oemar. 1993. Evaluasi Kurikulum. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Herzog, Stephanie. 1982. Joy in the Classroom. California : University of the
Trees Press.
Hopkin, David. 1993. A Teacher's Guide to Classroom Research. Buckingham,
Philadelphia : Open University Press.
Kemmis. Stephen and Robin McTaggart. 1988. The Action Research Planner.
Victoria : Deakin University.
Madya, Suwarsih. 1994. Panduan Penelitian Tindakan. Yogyakarta : Lembaga
Penelitian IKIP Yogyakarta
McNiff, Jean. 1992. Action Research : Principles and Practice. New York :
Routledge, Chapman and Hall, Inc.
Wardani,I.G.A.K,dkk.2000 Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka
bekerjasama dengan Dirktoral Jenderal Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional.
Winkel, WS. 1991. Psikologi Pengajaran. Jakarta : Pt Grasindo.










RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan Pendidikan : SDN 31 Balai Labuh Bawah. Lima Kaum
Bidang studi : Bahasa Indonesia
Kelas / Semester : V ( Lima ) 2
Tahun Pelajaran : 2009/2010
Alokasi waktu : 2 x 35 Menit

Standar Kompetensi
• Memahami cerita tentang suatu peristiwa dan cerita pendek anak yang disampaikan secara lisan
Kompetensi Dasar
• Mengidentifikasi unsur – unsur cerita ( tokoh, tema, amanat)
Indikator
• Menyebutkan unsur – unsur cerita ( tokoh, tema, amanat, latar)
• Memahami isi cerita
• Menanggapi cerita
• Menceritaka kembali secara lisan
I.Tujuan Pembelajaran
Setalah pembelajaran ini , siswa mampu
• Menyebutkan unsur – unsur cerita ( tokoh, tema. Latar, amanat)
• Menanggapi cerita
II. Materi Ajar
• Cerita
III. Metode Pembelajaran
• Contoh
• Tanya jawab
• Latihan
• Penugasan
IV. Langkah – langkah pembelajaran
A. Kegiatan awal
• Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan kemampuan – kemampuan yang harus dimiliki siswa setelah pembelajarn usai
• Guru dan siswa bertanya jawab tentang binatang – binatang kesayangan
B. Kegiatan inti
• Siswa mendengarkan pembacaan cerita yang dibaca kan oleh teman
• Siswa menjawab pertanyaan – pertanyaan tentang isi cerita
• Siswa memberikan tanggapan terhadap isi cerita
• Siswa memceritakan kembali isi cerita
C. Kegiatan akhir
• Siswa dan guru melakukan refleksi pada kegiatan pembelajaran yang telah dilalui
• Guru memberikan penguatan terhadap tugas siswa
V.Sumber / Bahan / alat
• Buku bahasa Indonesia kelas v
VI. Penilaian
• Bentuk tes
Lisan
Tertulis
Lima Kaum, Pebruari 2010
Guru kelas 5



NURMA DEWI
NIP: 19661112 198603 2 001




RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan Pendidikan : SDN 31 Balai Labuh Bawah. Lima Kaum
Bidang studi : Bahasa Indonesia
Kelas / Semester : V ( Lima ) 2
Tahun Pelajaran : 2009/2010
Alokasi waktu : 2 x 35 Menit

Standar Kompetensi
• Memahami cerita tentang suatu peristiwa dan cerita pendek anak yang disampaikan secara lisan
Kompetensi Dasar
• Mengidentifikasi unsur – unsur cerita ( tokoh, tema, amanat)
Indikator
• Siswa dapat menyebutkan unsur – unsur cerita ( tokoh, tema, amanat, latar)
• Siswa dapat menceritakan watak tokoh dalam cerita
• Siswa dapat menjelaskan tema dari cerita tersebut
• Siswa dapat menentukan latar dari cerita
• Siswa dapat menceritakan amanat dari cerita yang didengar
• Siswa dapat memberikan tanggapan tentang cerita
• Siswa dapat menceritaka kembali cerita yang didengar secara lisan
I.Tujuan Pembelajaran
Setalah pembelajaran ini , siswa mampu
• Menyebutkan unsur – unsur cerita ( tokoh, tema. Latar, amanat)
• Menceritak watak dari tokoh cerita
• Menjelaskan tama dari cerita
• Menentukan latar dari cerita
• Mencertakan amanat yang terkandung dari cerita
• Menberikan tanggapan dari cerita yang di dengar
• Menceritakan kembali isi cerita yang didengar secar lisan

II. Materi Ajar
• Cerita
Keledai Pembawa Garam
Pada suatu hari di musim panas, tampak seekor keledai berjalan di pegunungan. Keledai itu membawa beberapa karung berisi garam dipunggungnya. Karung itu sangat berat, sementara matahari bersinar dengan teriknya. "Aduh panas sekali. Sepertinya aku sudah tidak kuat berjalan lagi," kata keledai. Di depan sana, tampak sebuah sungai. "Ah, ada sungai! Lebih baik aku berhenti sebentar," kata keledai dengan gembira. Tanpa berpikir panjang, ia masuk ke dalam sungai dan….
Byuur… Keledai itu terpeleset dan tercebur. Ia berusaha untuk berdiri kembali, tetapi tidak berhasil. Lama sekali keledai berusaha untuk berdiri. Anehnya, semakin lama berada di dalam air, ia merasakan beban dipunggungnya semakin ringan. Akhirnya keledai itu bisa berdiri lagi. "Ya ampun, garamnya habis!" kata tuannya dengan marah. "Oh, maaf… garamnya larut di dalam air ya?" kata keledai.
Beberapa hari kemudian, keledai mendapat tugas lagi untuk membawa garam. Seperti biasa, ia harus berjalan melewati pegunungan bersama tuannya. "Tak lama lagi akan ada sungai di depan sana," kata keledai dalam hati. Ketika berjalan menyeberangi sungai, keledai menjatuhkan dirinya dengan sengaja. Byuuur…. Tentu saja garam yang ada dipunggungnya menjadi larut di dalam air. Bebannya menjadi ringan. "Asyik! Jadi ringan!" kata keledai ringan. Namun, mengetahui keledai melakukan hal itu dengan sengaja, tuannya menjadi marah. "Dasar keledai malas!" kata tuannya dengan geram.
Keesokan harinya, keledai mendapat tugas membawa kapas. Sekali lagi, ia berjalan bersama tuannya melewati pegunungan. Ketika sampai di sungai, lagi-lagi keledai menjatuhkan diri dengan sengaja. Byuuur…. Namun apa yang terjadi ? Muatannya menjadi berat sekali. Rupanya kapas itu menyerap air dan menjadi seberat batu. Mau tidak mau, keledai harus terus berjalan dengan beban yang ada dipunggungnya. Keledai berjalan sempoyongan di bawah terik matahari sambil membawa beban berat dipunggungnya.
Moral : Berpikirlah dahulu sebelum bertindak. Karena tindakan yang salah akan menyebabkan kerugian bagi kita.
III. Metode Pembelajaran
• Contoh
• Tanya jawab
• Latihan
• Penugasan
IV. Langkah – langkah pembelajaran
D. Kegiatan awal
• Guru menyiapkan peserta siswa untuk belajar dengan merapikan tempat duduk dan alat – alat tulis
• Guru mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan pengetahuan sebelum dengan materi yang akan dipelajari
• Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan kemampuan – kemampuan yang harus dimiliki siswa setelah pembelajarn usai
• Guru menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian
E. Kegiatan inti
• Siswa mendengarkan pembacaan cerita yang dibaca kan oleh teman
• Siswa dan guru tanya jawab tentang isi cerita
• Guru membagikan lembaran kerja siswa
• Siswa mengerjakan lembaran kerja secara kelompok
• Siswa melaporkan hasil kerja kelompok kedepan kelas
• Siswa memberikan tanggapan terhadap tentang hasil keja kelompok
• Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang hasil kerja kelompok
F. Kegiatan akhir
• Siswa bersama guru membuat rangkuman / kesimpulan pelajaran
• Siswa dan guru melakukan refleksi pada kegiatan pembelajaran yang telah dilalui
• Guru memberikan penguatan terhadap tugas siswa
• Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya
V.Sumber / Bahan / alat
• Buku bahasa Indonesia kelas v
• Cerita
VI. Penilaian
LEMBARAN KERJA
NO PERTANYAAN JAWABAN
Bacalah kembali cerita ini oleh satu orang anggota kelompokmu ,anggota kelompok lain mendengarkan . kemudian jawablah pertanyaan di bawah ini !
( teks cerita mohon dikumpulkan pada guru kembali)
1. Apa judul dari cerita yang kamu dengar tadi?
2. Siapa nama tokoh – tokohnya ?
3. Dimana latar dari cerita itu?
4. Bagaimana pendapatmu tentang amanat dari cerita tersebut ?
5. Tuliskan dengan ringkas dari cerita yang kamu dengar tadi !

• Bentuk tes
Tertulis
1. Siapa tokoh – tokoh dalam cerita yang kamu dengar?
2. Bagaiman watak tokoh dalam cerita?
3. Apa latar dari cerita tadi?
4. Tulislah amanat yang terkandung dari cerita ?
5. Apa tema dari cerita tersebut ?




Skor Penilaian
Banyak betul X 2 = 10
Lima Kaum, Pebruari 2010
Guru kelas 5
NURMA DEWI
NIP: 19661112 198603 2 001
























RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan Pendidikan : SDN 31 Balai Labuh Bawah. Lima Kaum
Bidang studi : Bahasa Indonesia
Kelas / Semester : V ( Lima ) 2
Tahun Pelajaran : 2009/2010
Alokasi waktu : 2 x 35 Menit

Standar Kompetensi
• Memahami cerita tentang suatu peristiwa dan cerita pendek anak yang disampaikan secara lisan
Kompetensi Dasar
• Mengidentifikasi unsur – unsur cerita ( tokoh, tema, amanat)
Indikator
• Siswa dapat menyebutkan unsur – unsur cerita ( tokoh, tema, amanat, latar)
• Siswa dapat menceritakan watak tokoh dalam cerita
• Siswa dapat menjelaskan tema dari cerita tersebut
• Siswa dapat menentukan latar dari cerita
• Siswa dapat menceritakan amanat dari cerita yang didengar
• Siswa dapat memberikan tanggapan tentang cerita
• Siswa dapat menceritaka kembali cerita yang didengar secara lisan
I.Tujuan Pembelajaran
Setalah pembelajaran ini , siswa mampu
• Menyebutkan unsur – unsur cerita ( tokoh, tema. Latar, amanat)
• Menceritak watak dari tokoh cerita
• Menjelaskan tama dari cerita
• Menentukan latar dari cerita
• Mencertakan amanat yang terkandung dari cerita
• Menberikan tanggapan dari cerita yang di dengar
• Menceritakan kembali isi cerita yang didengar secar lisan
II. Materi Ajar

Keledai Pembawa Garam
Pada suatu hari di musim panas, tampak seekor keledai berjalan di pegunungan. Keledai itu membawa beberapa karung berisi garam dipunggungnya. Karung itu sangat berat, sementara matahari bersinar dengan teriknya. "Aduh panas sekali. Sepertinya aku sudah tidak kuat berjalan lagi," kata keledai. Di depan sana, tampak sebuah sungai. "Ah, ada sungai! Lebih baik aku berhenti sebentar," kata keledai dengan gembira. Tanpa berpikir panjang, ia masuk ke dalam sungai dan….
Byuur… Keledai itu terpeleset dan tercebur. Ia berusaha untuk berdiri kembali, tetapi tidak berhasil. Lama sekali keledai berusaha untuk berdiri. Anehnya, semakin lama berada di dalam air, ia merasakan beban dipunggungnya semakin ringan. Akhirnya keledai itu bisa berdiri lagi. "Ya ampun, garamnya habis!" kata tuannya dengan marah. "Oh, maaf… garamnya larut di dalam air ya?" kata keledai.
Beberapa hari kemudian, keledai mendapat tugas lagi untuk membawa garam. Seperti biasa, ia harus berjalan melewati pegunungan bersama tuannya. "Tak lama lagi akan ada sungai di depan sana," kata keledai dalam hati. Ketika berjalan menyeberangi sungai, keledai menjatuhkan dirinya dengan sengaja. Byuuur…. Tentu saja garam yang ada dipunggungnya menjadi larut di dalam air. Bebannya menjadi ringan. "Asyik! Jadi ringan!" kata keledai ringan. Namun, mengetahui keledai melakukan hal itu dengan sengaja, tuannya menjadi marah. "Dasar keledai malas!" kata tuannya dengan geram.
Keesokan harinya, keledai mendapat tugas membawa kapas. Sekali lagi, ia berjalan bersama tuannya melewati pegunungan. Ketika sampai di sungai, lagi-lagi keledai menjatuhkan diri dengan sengaja. Byuuur…. Namun apa yang terjadi ? Muatannya menjadi berat sekali. Rupanya kapas itu menyerap air dan menjadi seberat batu. Mau tidak mau, keledai harus terus berjalan dengan beban yang ada dipunggungnya. Keledai berjalan sempoyongan di bawah terik matahari sambil membawa beban berat dipunggungnya.
Moral : Berpikirlah dahulu sebelum bertindak. Karena tindakan yang salah akan menyebabkan kerugian bagi kita.
III. Metode Pembelajaran
• Contoh
• Tanya jawab
• Latihan
• Penugasan
IV. Langkah – langkah pembelajaran
G. Kegiatan awal
• Guru menyiapkan peserta siswa untuk belajar dengan merapikan tempat duduk dan alat – alat tulis
• Guru mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan pengetahuan sebelum dengan materi yang akan dipelajari
• Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan kemampuan – kemampuan yang harus dimiliki siswa setelah pembelajarn usai
• Guru menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian
H. Kegiatan inti
• Siswa mendengarkan pembacaan cerita yang dibaca kan oleh teman
• Siswa dan guru tanya jawab tentang isi cerita
• Guru membagikan lembaran kerja siswa
• Siswa mengerjakan lembaran kerja secara kelompok
• Siswa melaporkan hasil kerja kelompok kedepan kelas
• Siswa memberikan tanggapan terhadap tentang hasil keja kelompok
• Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang hasil kerja kelompok
I. Kegiatan akhir
• Siswa bersama guru membuat rangkuman / kesimpulan pelajaran
• Siswa dan guru melakukan refleksi pada kegiatan pembelajaran yang telah dilalui
• Guru memberikan penguatan terhadap tugas siswa
• Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya
V.Sumber / Bahan / alat
• Buku bahasa Indonesia kelas v
• Cerita
VI. Penilaian
LEMBARAN KERJA
NO PERTANYAAN JAWABAN
Bacalah kembali cerita ini oleh satu orang anggota kelompokmu ,anggota kelompok lain mendengarkan . kemudian jawablah pertanyaan di bawah ini !
( teks cerita mohon dikumpulkan pada guru kembali)
6. Apa judul dari cerita yang kamu dengar tadi?
7. Siapa nama tokoh – tokohnya ?
8. Dimana latar dari cerita itu?
9. Bagaimana pendapatmu tentang amanat dari cerita tersebut ?
10. Tuliskan dengan ringkas dari cerita yang kamu dengar tadi !

• Bentuk tes
Tertulis
1. Siapa tokoh – tokoh dalam cerita yang kamu dengar?
2. Bagaiman watak tokoh dalam cerita?
3. Apa latar dari cerita tadi?
4. Tulislah amanat yang terkandung dari cerita ?
5. Apa tema dari cerita tersebut ?

Kunci
1. Keledai
2. malas
3. pangunungan
4. Berpikirlah dahulu sebelum bertindak. Karena tindakan yang salah akan menyebabkan kerugian bagi kita.
5.hati-hati dalam mengerjakan sesuatu

Skor Penilaian
Banyak betul X 2 = 10
Lima Kaum, Pebruari 2010
Guru kelas 5


NURMA DEWI
NIP: 19661112 198603 2 001












ALAT PENILAIAN KEMAMPUAN GURU 1
( APKG 1 )
LEMBARAN PENILAIAN KEMAMPUAN MERENCANAKAN PEMBELAJARAN










1. Menentukan bahan pembelajaran dan 1 2 3 4 5
merumuskan tujuan
Menggunakan bahan pembelajaran
yang Sesuai dengan kurikulum
1.2. Merumuskan tujuan

Rata – rata butir 1 = A

2. Menggunakan dan mengorganisasikan
Materi , media ( alat bantu pemebalajaran )
Dan sumber belajar
mengembangkan dan
mengorganisasikan materi
pembelajaran
Menentukan dan mengembangkan
alat bantu pembelajaran
Memilih sumber belajar
Rata – rata butir 2 = B
3. Merencanakan skenario
kegiatan pembelajaran
Menentukan jenis kegiatan
Pemeblajaran
3.2.Menyusun langkah – langkah
Pemebalajaran
3.3. Menentukan alokasi waktu
Pembelajaran
3.4 Menentukan cara- cara
Memotifasi siswa
3.5. Menyiapkan pertanyaan


Rata – rata butir 3 = C
4. Merancang pengelolaan kelas
Menentukan penataan ruang
Dan fasilitas belajar
Menentukan cara – cara
Pengorganisasian siswa agar
Siswa dapat berpartisipasi dalam
Pembelajaran

Rata – rata butir 4 = D
5. Merencanakan prosedur, jenis , dan
Menyiapkan alat penilaian
Menentukan prosedur dan jenis
Penilaian
Membuat alat-alat penilaian dan
Kunci jawaban
Rata – rata 5 = E
6. Tampilan dokumen rencana
Pembelajaran
Kegiatan dan kerapihan
penggunaan bahasa tulis

Rata – rata butir = F

NILAI APKF 1 = R
R = A + B + C + D + E + F =
6
Lima Kaum, Pebruari 2010
Peneliti


HELNI PAITA, S.Pd
NIP: 19650904 198802 2 001













ALAT PENILAIAN KEMAMPUAN GURU 2
( APKG 2 )
LEMBARAN PENILAIAN KEMAMPUAN MERENCANAKAN PEMBELAJARAN










1. Mengelola rusng dan fasilitas 1 2 3 4 5
pembelajaran
1.1. Menata fasilitas dan sumber belajar
1.2 Melaksanakan tugas rutin kelas

Rata – rata butir 1 = P

2. Melaksanakan kegiatan pembelajaran
2.1 Memulai pembelajaran
2.2 Melaksankan pembelajaran yang sesuai
Dengan tujuan, siswa, situasi, dan lingkungan
2.3. Menggunakan alat bantu ( media ) pembelajaran
Yang sesuai dengan tujuan, siswa , situasi
Dan lingkungan
2.4. Melaksanakan pembelajaran dalam
Uraian yang logis
2.5 Melaksanakan pembelajaran secara
Individu, kelompok, atau, klasikal
2.6. Mengelola waktu pembelajaran
Secara efesien
Rata – rata butir 2 = Q

3. Mengelola Interaksi kelas
3.1 Memberi petunjuk dan penjelasan
Yang berkaitan dengan isi pembelajaran
3.2 Menanggapi pertanyaan dan respon
siswa
3.3. Menggunakan ekspresi lisan, tulisan,
Isyarat , dan gerakan badan
3.4. Memicu dan memelihara keterlibatan
Siswa
3.5.Memantapkan penguasaan meteri
pembelajaran
Rata – rata butir 2 = Q

4. Bersikap terbuka dan luwes serta membantu
Mengembangkan sikap positif siswa terhadap belajar
4.1. Menunjukkan sikap ramah tamah, luwes ,
Terbuka, penuhpengertian , dan sabar
Kepada siswa
4.2. Menunjukkan hubungan antar pribadi yang sehat
Dan serasi
4.3. Mengembangkan hubungan antar pribadi
Yang sehat dan serasi
4.4. Membantu siswa menyadari kelebihan
Dan kekurangannya
4.5. Menbantu siswa menumbuhkan
Kepercayaan diri
Rata – rata butir 2 = Q

5. Mendemontrasikan penguasaan materi
Bahasa Indonesia
Mendemomtrasikan penguasaan materi
Bahasa indonesia
Mengembangkan kemampuan siswa
Untuk berkomunikasi dan bernalar
5.3. Memberikan latihan keterampilan
Berbahasa
5.4. Peka terhadap kesalahan penggunaan
Istilah teknis
5.6. Memupuk kegemaaran membaca

Rata – rata butir 5 a = r
.
6. Melaksanakan penilaian proses dan
Hasil belajar
6.1 Melakukan penilaian selama
Proses pembelajaran
6.2.Melaksanakan penilaian pada
Akhir pembelajaran
Rata – rata 6 = U

7. kesan umum pelaksanaan pembelajaran
7.1 Keefektifan proses pembelajaran
7.2 Penggunaan bahasa Indonesia lisan
7.3 Peka terhadap kesalahan berbahasa siswa
7.4 Penampilan guru dalam pembelajaran
Rata – rata 7 = V

NILAI APKG 2 = K
P + Q + R + S + T + U + V + K =
7

Lima Kaum, Pebruari 2010
Peneliti


HELNI PAITA, S.Pd
NIP: 19650904 198802 2 001